Gadis

Melia
Chapter #7

BAB 6

Aku salah telah menggiring Mas Wildan ke masa lalu, harusnya sejak awal tidak kubiarkan dia membantuku mencari tau. Tapi apa daya, Mas Wildan telah membuatku sabar untuk menghadapi segala hal, ia mengajariku menemui masa depan tanpa ragu dan takut. Mulai dari sana, aku menggenggam tangannya, hingga tak terasa ia melepasku karena terlalu erat. Dia terbang bersama dedaunan yang terhempas oleh angin.

 Wildan menghentikan mobil tepat di pelataran kos pelangi. Keduanya masih berdiam diri, mengatur napas dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Gadis kemudian melepas seatbelt, ia menoleh ke arah Wildan. “Mas, makasih sudah antar aku ke Bi Sumi,” ucapnya sambil membuka pintu. Wildan menahan totebag Gadis.

“Dis, tolong jangan gegabah. Aku antar kamu ke tempat itu dan please jangan bertindak tanpa pikir panjang. Aku bakal bantu kamu cari Om Aat.” Wildan menatap manik mata Gadis yang berwarna kecoklatan, air matanya menetes. Gadis memalingkan muka, menatap ke depan. Wildan memegang satu tangan Gadis, “Percayalah, aku cuma ingin menjagamu dari segala kemungkinan yang nanti terjadi, Dis. Aku nggak mau kamu pergi gitu aja kayak dulu.” Wildan menatap tulus Gadis di sampingnya. Gadis itu sudah menangis sesenggukan, pertahanannya melemah, ia tidak tegar seperti biasa.

“Kamu nggak perlu pura-pura kuat lagi. Aku bakal jaga kamu seperti waktu kecil dulu.” Wildan memeluk Gadis dan membenamkan wajahnya di dada.

Ingatan Wildan kembali pada lima belas tahun yang lalu, saat Wildan akan mengajaknya berkeliling sepeda. Ia pergi ke rumah Gadis dan memanggil namanya di depan pintu terus-menerus. Ia menempelkan wajah di kaca jendela. Rumah Gadis tampak kosong, tidak ada satu perabotan yang tertinggal. Wildan membuka pintu pelan-pelan, meneriaki nama Gadis. Lelaki kecil itu berlari dari satu kamar ke kamar lain, membuka pintu belakang, kamar mandi dan garasi rumah Gadis. Tidak ada satu pun orang yang ia temui. Wildan berlari menuju rumahnya, ia melihat Novi dan Gunawan tengah termenung. Wildan tidak mengerti mimik wajah orang tuanya menggambarkan apa, reaksi apa yang telah mereka tunjukkan. Namun satu yang Wildan tau ialah, Gadis telah pulang ke Surabaya dengan truk TNI dan mengangkut seluruh perabotan rumahnya menuju kediaman Nirina.

Beranjak dewasa, Wildan berharap bisa mencari keberadaan Gadis. Ia masih menyimpan foto masa kecilnya saat bersama Gadis. Nirina yang memberikan satu lembar foto itu kepada Novi sebagai kenang-kenangan. Foto seorang perempuan dan laki-laki yang menghadap kamera tengah tersenyum manis memamerkan gigi. Kini Gadis sudah berada di dekapan, ia tak ingin meninggalkan Gadis sendirian saat jiwanya melemah. Sudah banyak perjalanan berat yang ia lalui sampai detik ini. Wildan bersyukur Tuhan mempertemukannya tanpa sengaja.

Gadis keluar dari mobil sambil mengusap sisa air mata, lelaki itu berjanji akan mencari cara untuk bisa bertemu dengan salah satu anggota keluarga Gadis yang berbeda, yang tak sengaja muncul akibat kesalahan dari perbuatan Aat.

Rahasia itu sudah terbuka pada seorang laki-laki bernama Wildan. Satu-satunya manusia yang amat kupercaya, dan sampai saat ini kepercayaan itu tak pernah memudar. Aku meletakkan hatiku padanya, mencocokkan kepingan hati yang kurasa takkan sama. Mas Wildan spesial di hidupku, Mas Wildan berharga di hatiku. Bahkan aku takut jika aku berkata aku tidak bahagia saat bersamamu. Aku beruntung pernah memilikimu.

Malam begitu larut, hujan kian deras meninggalkan suara rintikan air di balkon kamar. Gadis menggunakan selimut untuk menyembunyikan kesedihannya. Sebuah fakta yang baru ia dapat dari Bi Sumi. Fakta yang menghunjam jantung Gadis, membuatnya terdiam sepanjang ucapan beliau.

Lihat selengkapnya