Gadis Bercadar Merah

Slamet Agung Priyono
Chapter #5

Bab 4 : Hukuman

Sore itu Nita dan Syifa tidak mengikuti sesi kajian rutin setelah asyar, mereka tidak berani menunjukkan wajah mereka di hadapan teman-teman yang lain. Bagi mereka, terutama Nita, bersembunyi adalah keputusan paling aman. Dia tidak bisa menahan rasa malunya jika harus dilihat oleh orang lain. Mereka berdua hanya bisa diam di kamar yang mereka. Ironis, mereka takut berada di dalam kamar itu, tetapi berakhir mengurung diri di dalam sana.

“Syifa, tega sekali kamu mengkhianatiku! Hanya aku yang tertuduh!” Nita melirik kesal dengan teman satu kamarnya itu. Kejadian tadi siang menyisakan luka yang mendalam bagi Nita.

Syifa sendiri tertunduk, merasa bersalah karena sudah berbohong dan menjerumuskan temannya ke jurang masalah.

“Maafkan aku, Nita. Soalnya Bu Romlah tadi seram sekali amarahnya. Aku takut,” ucap Syifa.

“Tapi seharusnya kamu membela aku! Aku mengambil cincin batu itu demi kepentingan kita berdua. Enak saja kamu lempar tanggung jawab seperti ini!” ketus Nita dengan nada tinggi. “Kalau orang tuaku tahu, aku pasti juga bakal dihukum oleh mereka. Semuanya jadi kacau!” tambahnya sambil memegang kepalanya yang terasa pening memikirkan konsekuensi yang harus dia tanggung nanti.

“Aku kan sudah minta maaf, Nita…,” ujar Syifa memelas, dia tertunduk, mseki matanya terus menatap Nita.

“Kamu kira maaf bisa memperbaiki segalanya, Syifa? Tetap saja aku yang kena hukuman! Belum lagi nanti orang tuaku bakal memberikan banyak sanksi untuk hal ini. Aduh, pusing!”

Syifa menjadi tidak enak hati melihat Nita yang dari tadi terus mengeluh sambil memegangi kepalanya. Tentu tidak nyaman ketika melihat sahabat sendiri kena batu tanpa Syifa bisa melakukan apa-apa.

Syifa sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia tidak bisa menampik kalau Nita yang mengambil cincin itu. Semuanya direncanakan dan dilakukan dengan sengaja. Tidak ada cara lagi untuk membela Nita.

“Aku sungguh minta maaf. Sebagai buktinya, aku akan melakukan apa pun deh, supaya bisa membantumu,” ujar Syifa dengan nada memelas.

Nita mengerutkan alisnya. Dia memandangi wajah yang tertunduk itu. “Apa pun?” tanya Nita meminta konfirmasi.

“Iya, apa pun,” jawab Syifa singkat.

Nita memegang dagunya dan berpikir keras tentang apa yang harus Syifa lakukan. Saat ini Nita sudah tidak bisa menghindar dari hukuman yang akan diterimanya. Namun, dia tidak ingin orang tuanya mengetahui kalau dia mendapat hukuman dan tidak ingin dihukum orang tuanya karena mencuri. Bisa saja orang tuanya mengambil koleksi bonekanya di rumah jika dia ketahuan. Untuk itu, Nita memutuskan sesuatu yang nekat.

Lihat selengkapnya