Gadis Bercadar Merah

Slamet Agung Priyono
Chapter #6

Bab 5 : Orang Tua

“Kamu tidak apa-apa, Syifa?” tanya Muthia khawatir. Syifa memalingkan pandangannya tidak berani menatap wajah manis teman sekamarnya itu.

Muthia mengernyitkan alisnya melihat respons Syifa. Dia memperhatikan kalau wajah Syifa pucat pasi, seperti telah melihat hantu. Keadaan ini membuat Muthia khawatir. Muthia pun memegang telapak tangan Syifa. Dingin. Telapak tangan gadis itu terasa seperti es batu.

“Kamu tidak apa-apa? Apa kamu sakit?” tanya Muthia lagi, tetapi tetap tidak dijawab oleh Syifa.

Muthia melihat sekeliling dan tidak mendapati keberadaan Nita. “Syifa, di mana Nita?”

Syifa menggigit bibirnya dan mengerutkan alisnya. Dia menggeleng-gelengkan kepala.

“Ada apa, Syif? Di mana Nita?”

“Nnnggh… sejak tadi dia ke toilet dan belum kembali. Sudah satu jam,” balas Syifa ragu.

“Satu jam? Bisa jadi dia kenapa-kenapa. Aku akan menyusulnya,” ujar Muthia langsung pergi menuju toilet.

Di tempat itu, Muthia tidak menemukan siapa pun, lalu kembali menanyakan Syifa, tetapi Syifa juga menjawab tidak tahu.

Muthia melaporkannya ke Bu Annisa dan Bu Annisa mencarinya ke seluruh pesantren, tetapi tidak menemukannya. Satu hal yang bisa disimpulkan oleh Bu Annisa : Nita telah kabur dari pondok pesantren.

 

***

 

“Jadi begitu, Bu. Kami menyimpan mayat ini selama satu hari dan baru bisa menghubungi ibu karena kami mencari daftar keluarga dari informasi KTP Nita,” ujar seorang pria berumur 30-an bernama Rizki, seorang penjaga mayat di rumah sakit daerah.

Sepasang suami istri terlihat sedih mendengarnya. Sang istri menangis sesenggukan, sedangkan si suami memeluknya sambil mengelus-elus pundak istrinya, mencoba menenangkan.

“Saya akan menyiapkan dokumennya, silakan tunggu sebentar,” ujar Rizki sambil meninggalkan mereka berdua di samping mayat Nita yang terbaring kaku di meja penyimpanan mayat.

Bentuk tubuh Nita sudah hancur karena banyak tulang yang patah dan juga luka-luka dalam. Dari yang Rizki katakan, Nita langsung meninggal di tempat saat kecelakaan.

“Kenapa… kenapa… anak kita kenapa jadi begini, Pa?” Ibu Nita tersedu-sedu sambil memukul dada suaminya beberapa kali.

Ayah Nita hanya bisa memeluk erat istrinya sambil terus mengelus, berharap istrinya akan lebih tenang.

Lihat selengkapnya