Gadis Bercadar Merah

Slamet Agung Priyono
Chapter #7

Bab 6 : Panggilan

Muthia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Syifa, dia merasakan kekuatan aneh yang membuat tubuhnya tegang. Dengan berani, dia mendorong tubuh Syifa sampai gadis yang kerasukan itu terdorong mundur, kemudian Muthia bersembunyi di belakang ranjang bertingkat, mencoba menyelamatkan diri dari ancaman yang tak terduga ini.

“Syifa! Sadar Syif! Istighfar!” teriak Muthia sambil menangis, berharap kata-kata suci tersebut dapat mencapai ke dalam jiwa temannya yang sedang kerasukan. Namun, Syifa semakin tertawa terbahak-bahak, seolah tidak terpengaruh oleh seruan Muthia. Tubuh kurus tinggi itu tiba-tiba melakukan kayang, mengeluarkan seringai dan menatap tajam kepada Muthia.

Saking takutnya, napas Muthia mulai tersengal-sengal. Keadaan ini membuatnya semakin panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Detak jantungnya semakin cepat, dan pandangannya terfokus pada gerakan aneh yang dilakukan oleh tubuh Syifa yang kerasukan. Muthia berusaha meraih ketenangan dan keberanian dalam doa-doa yang terus mengalir dari hatinya.

Syifa mulai merangkak dengan posisi kayang itu. Pelan-pelan dia mendekat ke Muthia, gerakannya yang tidak terduga membuat Muthia mundur sampai menempel ke tembok. Setiap langkah Syifa membuat ketegangan di udara semakin terasa, dan Muthia semakin merasa terpojok oleh kehadiran temannya yang tidak lagi dikenali.

Syifa mengeluarkan suara mendesis dari mulutnya, dan cairan berwarna hijau kehitaman mulai keluar dari mulutnya. Muthia mengernyitkan keningnya, mencoba mengatasi rasa merinding dan kebingungannya terhadap fenomena yang terjadi di depannya. Sementara itu, air mata Muthia terus mengalir, dan wajahnya yang dipenuhi ketakutan.

“Syifa… tolong sadar… istighfar, Syifa…,” bujuk Muthia sambil menangis lemas, berharap kata-kata suci tersebut dapat meruntuhkan kekuatan gelap yang merasuki temannya. Namun, Syifa hanya tertawa dengan suara yang mengerikan, membuat bulu kuduk Muthia berdiri.

“Hm hm hm…,” Syifa tertawa dengan suara berdaham. “Istighfar? Gadis ini bahkan sudah mulai meninggalkan solat. Apa yang kau harapkan dari gadis yang sudah mulai menipis imannya?” ucap Syifa dengan suara yang terdengar lebih aneh dan menyeramkan, membuat situasi semakin mencekam.

Syifa kemudian membalikkan posisi kayangnya, sekarang dia berposisi seperti laba-laba.

“Keturunan Adam yang memiliki iman sepertimu menggangguku! Aku akan menyingkirkanmu dan membuat gadis ini semakin tersesat. Pergi kau!” bentak Syifa sambil maju dan berusaha mencakar Muthia.

Untung saja, Muthia berhasil menghindarinya dengan menunduk, lalu dia berlari menuju pinggir untuk mengambil meja kecil yang ada di sana. Kemudian dia mengangkatnya dan menghantamkannya ke jendela kaca yang ada di dekatnya.

Syifa kembali menyerang dengan melompat mencoba menerkam Mutha, tetapi Muthia menghalaunya dengan meja dan mendorong tubuh Syifa menjauh. Dengan nekat Muthia memanjat jendela yang masih memiliki beling itu dan keluar dari kamar. Dia terjatuh di luar jendela sambil berteriak.

“TOLOOONG! TOLOOONG! TOLONG SYIFA! TOLONG SYIFA!” teriaknya dengan suara yang bergetar.

Lihat selengkapnya