Gadis Bercadar Merah

Slamet Agung Priyono
Chapter #9

Bab 8 : Kembali

Nathan dan Gita memalingkan mata mereka, tidak tega melihat tubuh mati anak mereka dibopong oleh anak buah Mbah Redjo dan dibacakan berbagai mantra aneh. Mantra-mantra itu seperti memiliki kekuatan mistis yang sangat pekat. Aura hitam seolah-olah masuk ke dalam tubuh itu, terhirup seperti asap yang tersedot.

Gita menahan rasa merinding yang menusuk ke dalam sanubarinya. Gumaman-gumaman Mbah Redjo yang membaca mantra membuatnya merasa sedikit mual. Setiap kata-kata aneh yang diucapkan seperti menciptakan getaran aneh di sekitaran ruangan itu.

Mbah Redjo mengakhiri ritual itu dengan menyiramkan seciduk darah hewan dari tembikar. Bau amis dari darah itu langsung membuat Nathan dan Gita beberapa kali mengusap hidungnya, tidak kuat dengan ritual sihir hitam ini. Darah itu meresap ke tanah dan menjadi semacam tanda bahwa ritual telah selesai.

“Ah, sudah selesai…,” ujar Mbah Redjo sambil menoleh kepada Nathan dan Gita. Wajahnya dipenuhi dengan senyuman aneh dan mencurigakan yang membuat ketidaknyamanan di hati Nathan dan Gita.

Mbah Redjo kemudian mengangkat tangannya, memberikan isyarat pada anak buahnya untuk meninggalkan ruangan itu.

“Sudah selesai, Mbah?” tanya Nathan dengan mengangkat alisnya ragu. Dia melihat ke arah tubuh Nita yang berlumuran darah. Tidak ada yang terjadi pada tubuh itu. Hanya tergeletak lemas.

Namun, ada hal yang aneh pada tubuh itu. Bekas lukanya mulai menutup dan menghilang. Tulang-tulangnya yang patah juga sudah kembali ke posisi semula. Seolah-olah keajaiban sedang terjadi di depan mata mereka.

Tiba-tiba, tubuh itu bangun. Duduk dan perlahan menoleh kepada Nathan dan Gita. Tubuh yang berlumuran darah hewan itu tidak mengatakan apa pun dan pandangannya kosong. Namun, kebangkitan tubuh Nita membuat Nathan dan Gita menangis tersedu-sedu. Mereka akhirnya bisa melihat anak mereka hidup kembali setelah begitu lama merasakan kehilangan yang mendalam.

“Mbah! Terima kasih, Mbah! Terima kasih!” ujar Gita sambil mencium tangan Mbah Redjo yang amis bau darah itu berkali-kali. Hal itu diikuti oleh Nathan, yang berlutut di hadapan Mbah Redjo dengan penuh rasa syukur. Mbah Redjo hanya manggut-manggut sambil tersenyum kecil, seolah-olah merasa puas dengan keberhasilannya.

Gita hendak menghampiri Nita, tetapi Mbah Redjo mencegahnya dan menyuruh sepasang suami istri itu untuk duduk dan bersabar terlebih dahulu. Mereka pun menurutinya.

“Nita yang sekarang ini tidak seperti Nita yang sedia kala. Dia sekarang harus memakan daging mentah dan meminum darah setiap malam Jumat. Jika tidak, dia akan kembali mati,” ujar Mbah Redjo pada pasangan suami istri itu, memberikan penjelasan yang mengguncang hati mereka.

Nathan dan Gita saling berpandangan. Namun akhirnya mereka saling mengangguk, menerima kenyataan yang sulit dipercaya.

“Baik, Mbah. Kami akan usahakan,” jawab Nathan menyanggupi, mencoba menunjukkan sikap tanggung jawab.

Mbah Redjo kemudian terkekeh senang mendengar jawaban itu.

 

“Nah, sekarang untuk biayanya. Proses ritual ini sangat sulit, jadi harganya juga mahal.”

Lihat selengkapnya