Nita melangkah perlahan menuju tempat Syifa dan Muthia berada. Langkah kakinya terdengar di seluruh ruangan, suaranya memberikan ketegangan yang semakin terasa diantara ketiga wanita ini. Saat Nita semakin mendekat, tangan Syifa semakin erat memegang lengan Muthia, hingga Muthia merasakan ketidaknyamanan yang bahkan menimbulkan rasa sakit. Meskipun begitu, Muthia menahan diri, mencoba untuk tidak menunjukkan rasa sakitnya.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan, Muthia. Kamu beruntung sudah mendapatkan semuanya. Kamu cantik, pintar, dan bisa memasak. Tidak ada yang kurang darimu. Kamu tidak akan pernah mengerti apa yang kami berdua rasakan," kata Nita dengan nada pasrah, seperti melepaskan sesuatu yang selama ini telah menjadi beban berat di hatinya.
Muthia masih memandang Nita dengan kebingungan. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Nita dan Syifa terlihat begitu tertekan, dan kenapa Muthia harus menjadi sasaran ketidakpuasan mereka?
"Itu tidak menjelaskan apa pun, Nita. Kenapa kalian seperti ini?" Muthia semakin bingung dengan keadaan yang semakin rumit.
Nita tidak memberikan jawaban, sebaliknya, dia membuka kopernya dan mengambil sebuah tas kresek berwarna hitam. Dengan mantap, Nita menenteng tas kresek tersebut, memberikan kesan bahwa dia tidak berniat untuk memberikan penjelasan lebih lanjut. Seolah menutup pembicaraan yang belum selesai.
"Jika kamu tidak mau mandi, aku duluan yang pakai kamar mandi," ucap Nita tanpa melihat reaksi Muthia. Dengan langkah mantap, Nita melipir keluar kamar menuju kamar mandi, meninggalkan suasana yang penuh tanda tanya.
Saat Nita menjauh, Syifa melepaskan genggaman tangannya dari lengan Muthia. Dia duduk di ranjang, mendongak, dan menghela napas dengan tersengal-sengal, seolah membebaskan diri dari sesuatu yang selama ini membebani pikirannya.
"Nita sekarang sudah pergi, sebaiknya kamu cerita kepadaku tentang apa yang terjadi," desak Muthia sambil melipat tangannya di depan dada. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi dengan ketegangan kini dipenuhi dengan keheningan, menantikan jawaban dari Syifa yang mungkin bisa membuka tabir misteri di balik konflik yang terjadi di antara mereka.
Syifa menelan ludah dengan berat, pandangan matanya melekat pada koper yang dipegang oleh Nita. "Aku merasa ada yang aneh di sana. Kamu mungkin belum sadar, Muth. Namun, koper itu mengeluarkan bau busuk!" ungkap Syifa dengan nada serius, mencoba memberikan peringatan kepada Muthia tentang sesuatu yang mungkin tidak terlihat olehnya.
Muthia mengerutkan keningnya, memandang Syifa dengan ekspresi bingung, dan sedikit menyeringai. Apakah semua ini hanyalah imajinasi atau mungkin efek samping dari pengalaman kesurupan yang belum lama ini dialaminya? "Kamu ini bicara apa, sih? Memang kamu kira Nita itu monster?" Muthia menyahut dengan nada meremehkan, seolah menganggapnya sebagai sebuah lelucon.