Lobi hotel bintang lima.
Bu Shinta dan Red duduk berhadapan di jejeran sofa Coffee Lounge yang terletak di sisi teras hotel, menghadap keluar pemandangan kota. Sangat nyaman dan membuat siapapun betah duduk berlama-lama. Mereka berdua menikmati empuknya sofa mewah kelas bangsawan VIP tentunya. Luar biasa langit malam ini, malam cerah berbintang menambah nuansa surga.
"Hmm ...," tanpa terasa berdehem, Bu Shinta menikmati suasana malam itu. Red duduk bersandar di sisi sofa berhadapan dengan Bu Shinta. Red pun menatap ke ara langit yang sama.
"Berapa lama lagi kakakmu menuju kemari?" tanya Bu Shinta, tak sabar ingin membahas tentang kontrak Red untuk bergabung dalam agensi miliknya. Pikir Bu Shinta, setelah berhasil meyakinkan kakaknya Red, yakin betul dia bakal berhasil mendapatkan Red Angel sebagai artis andalannya nanti.
"Sebentar lagi. Dia layak ditunggu," jawab Red senyum-senyum tipis setelah melirik arloji. Waktu menunjukkan pukul 11 malam.
"Sebentar lagi tengah malam," Bu Shinta tampaknya mulai resah.
"Inilah dunia artis, lupa waktu, lupa diri," balas Red dibalas hela nafas ringan Bu Shinta. Harus bertahan dengan kesabaran lebih lama demi Red Angel. Gadis penyanyi bersuara nada D7, akan menjadi ladang bisnis sangat diincar banyak produser dan agensi.
"Bagaimana dengan agensi dari Rusia, label mayor Pandoranov ...?" iseng saja, Bu Shinta menanyakan pihak pesaing mengancam harapan Bu Shinta. Rival utama yang mengincar Red Angel tentunya menjadi kegundahan Bu Shinta.
"Aku belum tertarik," jawab Red singkat saja.
Pandoranov. Agensi kelas atas sekaligus mayor label ternama asal Rusia, di bawah naungan perusahaan raksasa bidang musik kelas dunia. Ibarat gajah, dibandingkan dengan agensi TripodMedia, ibarat macan Asia Tenggara. Tentu masih kalah jauh dari segi jangkauan dan kekuatan distribusi bisnis di bidang yang sama.
Bu Shinta merasakan ancaman itu sampai menghela nafas begitu dalam.
"Ah, itu Kakak!" suara Red membuyarkan pikiran Bu Shinta. Bersamaan Red melambaikan tangan ke arah belakang Bu Shinta.
Bu Shinta menoleh ke belakangnya. Dari arah koridor, tampak seseorang lelaki muda berjalan mendekati Bu Shinta dan Red sedang duduk di satu sofa area Coffee Lounge. Seorang lelaki muda itu balas melambaikan tangannya ke arah Red dan Bu Shinta.
Red tersenyum lebar menyambut kedatangan lelaki muda itu. Perhatian Bu Shinta pun ke arah yang sama.
Lelaki muda tampan mengalihkan perhatian Bu Shinta. Sampai-sampai sedikit ternganga dibuatnya. Ketika sampai di dekat sofa, lelaki muda itu menyapa Bu Shinta terlebih dahulu.
"Hallo ...," tanpa basa-basi lagi, lelaki itu menyodorkan jabat tangan ringan pada Bu Shinta terkesima dengan penampilan lelaki itu terlihat smart dan stylish.
'Apa benar dia seorang dokter forensik?!' pikir Bu Shinta tak percaya. Terperangah ia menyambut jabat tangan lelaki muda itu.