Semakin diperhatikan, semakin terlihat jelas. Benda apa itu.
Atash mendelik kaget. Tak salah lihat, sebuah benda di antara bahan kerjaannya, artefak misterius sedang berada di tangannya itu sangat menyita konsentrasi. Cepat-cepat Atash menggeser kursi di dekat meja otopsi, kemudian ia duduk. Tak sabar lekas-lekas menyimpulkan kiranya benda itu benar-benar sebuah tulang.
Atash tak menambah daya lampu. Tidak suka cahaya terlalu terang. Bekerja di ruangan bawah tanah yang hening dan tenang, menambah fokus dan kepandaiannya dalam pekerjaan misterius.
Ctash!
Suara elektrik lampu sorot dinyalakan, fokus pada benda-benda di meja. Akhir-akhir ini, lampu medis 6000 watt mengalami gagal sewaktu-waktu. Satu set berisi enam bola lampu, salah satunya agak redup, sedikit rusak. Belum sempat diperbaiki.
Sebungkus besar plastik hitam, menyimpan benda-benda tak karuan. Belum terindentifikasi semua isinya. Secara kasar, benda-benda itu wujudnya menyerupai bebatuan berlumut.
Sekilas saja, Atash dapat memperkirakan bahwa sebuah benda yang sedang disentuh adalah sisa tulang membatu. Namun yang lebih mengejutkan, itu bukan tulang hewan.
"Leher manusia?" Atash mengernyitkan dahi. Semula dikiranya, itu tulang hewan. Namun mata mikroskop digital menangkap struktur tulang itu bukan jenis hewan, melainkan tulang leher manusia!
'Bip ... bip ....'
Suara ponsel pertanda pesan singkat masuk, menyita sebentar perhatian Atash. Segera ia membaca pesan singkat itu.
'Proyek Jawata.'
Begitu pesan singkat dibaca. Pertanda kata kunci atas proyek pekerjaan yang sedang ditangani. Pengirim pesan itu atas nama kontak 'Big Bos'.
Atash pun membalas.
'Proyek Jawata. Aku memperkirakan benda temuan kode 016, sebuah tulang leher manusia.'
Terkirim ke salah satu nomor tujuan dan segera ia mendapat balasan.
'Bisakah menemui aku hari ini? Aku juga mengidentifikasi kerangka manusia,' balas pesan dari 'Big Bos'.
Atash berpikir sebentar. Rekan kerja serupa dirinya, sekaligus atasannya, nama sebenarnya Bobby. Disimpan dengan nama kontak di ponsel sebagai Big Bos. Dia satu-satunya orang lain di tempat berbeda, juga menangani proyek kerja yang sama.
'Sekarang?'
Balas Atash, walaupun keberatan.
'Ya.'
Balas pesan singkat itu.
'Aku sangat sibuk.'
Balas Atash.
'Sangat penting. Tidak bisa ditunda,' pesan Big Bos membuat Atash menghela nafas panjang. Permintaan sekaligus perintah atasannya sebenarnya mengganggu saat itu, padahal belum 30 menit lalu pekerjaannya baru saja dimulai.
'Aku tunggu 2 jam lagi,' lanjut pesan dari Big Bos.
'Baiklah,' balas Atash, tak dapat menolak lagi selain mengiyakan saja. Selang beberapa detik berikutnya, sebuah pesan lain masuk.
'Selamat pagi, Atash. Apa kabar hari ini?'
Terlanjur dibaca, status read. Pengirimnya, Shinta.
'Ada waktu luang hari ini?' lanjutan pesan dari Shinta.