Dua hari kemudian semenjak acara jumpa pers. Terjadi perbincangan serius antara Aria dan kakaknya, Atash.
"Aku tidak mengijinkan kamu ke luar negeri. Jika jadwal aktifitas hanya daerah Jakarta atau sekitarnya, tidak masalah. Menjadi tanggung jawabku untuk mengatur semua kegiatanmu," kata Atash. Sementara Aria terduduk diam. Mereka saling berhadapan, selang meja di antara keduanya.
"Hanya dua hari di Singapura. Tidak jauh dari Jakarta. Manajemen Bu Shinta akan mengawal ketat dan menjamin keamananku," kata Aria.
"Tidak. Aku tetap tidak mengijinkan," kata Atash bersiteguh pada pendiriannya.
"Aku sudah dewasa, aku berhak atas karirku," kata Aria protes.
"Setelah 18 tahun, baru boleh kamu katakan itu lagi," jawab Atash, membuat Aria kesal. Dirasa percuma, Aria beranjak tanpa basa-basi, hendak pindah ke kamarnya. Atash hanya membiarkannya. Tiba-tiba Aria keluar lagi di ambang pintu kamarnya.
"Apa ini?" tanya Aria diliputi rasa tak senang. Atash menyambutnya, menuju pintu kamar Aria. Adiknya tampak terkejut.
"Itu pengganti liontin sebelumnya," jawab Atash, sontak terkejut Aria.
"Apa?! Kenapa tidak bilang dulu padaku? Kakak mengambil liontinku!" menahan emosi, Aria membuka sekotak isinya kalung emas dengan liontin cantik.
"Itu sudah Kakak ganti dengan yang baru, lebih bagus dan mahal," kata Atash. Justru membuat Aria naik pitam tak senang.
"Aku tidak butuh ini. Aku hanya mau Liontin Cempaka Darah, itu milikku!" kesal Aria tak tahan, sambil melempar kotak isinya kalung pengganti, jatuh di tangan Atash.
"Kenapa?" Atash berbalik emosi akibat sikap Aria dirasa tidak sopan.
"Ini masih garansi, Kakak bisa tukar dengan kalung lain kalau kamu tidak suka. Kamu bisa pilih sendiri nanti ke tokonya," kata Atash berusaha membujuk Aria.
"Aku tidak mau liontin lain. Aku hanya butuh liontin yang kemarin!" kata Aria mulai berkaca-kaca bola katanya. Kesal dan marah.
"Liontin itu hadiah dari Kakak tahun lalu. Mengambil kembali yang sudah diberi, apa tidak malu?" mulai mengalir air mata Aria.
"Maafkan, Kakak. Tak seharusnya memberikan benda yang bukan milik kakak sebagai hadiah untukmu. Kakak terpaksa mengambilnya lagi," kata Atash menjelaskan.
"Sekarang di mana liontin itu?" agak keras, Aria menghadapi Kakaknya dengan geram.
"Tak masalah jika Kakak tidak mengijinkan aku ke luar negeri. Tapi jangan ambil liontin itu!" kata Aria berlinang air mata, "Kenapa Kakak jahat padaku!" kata Aria mendorong Kakaknya hingga mundur, lalu membanting pintu.
"Aria! Aria!" Atash mengetuk pintu kamar Aria tertutup rapat.