Di kebun, orang-orang bersuka cita. Sebab hari ini panen raya buah apel. Gladys dan Marlina berangkat dari rumah Mak Ni usai mencari kayu bakar. Membawa keranjang kosong. Tiba di kebun, mereka memetiki buah yang matang. Gladys memberitahu ciri-ciri buah yang sudah matang. Lalu dibantu beberapa petani, mereka kumpulkan buah apel itu di dalam keranjang. Sampai penuh, sampai tak muat isinya.
Gladys meletakkan keranjang berisi buah apelnya. Keringat diusap. Basah kerudungnya. Sesaat kemudian Marlina juga selesai, bergerak mendekat, meletakkan keranjang penuh buah apel di samping milik Gladys.
“Ini lalu diapakan, Non Marlina?” seorang petani bertanya. Marlina menoleh ke Gladys, menunggu dia yang menjawab.
“Kita pilih mana yang bagus dan tidak,” jawab Gladys.
“Lalu?” tanya Marlina. “Mau kau jual ke mana buah-buah apel ini?”
Dua tahun lebih menanam apel, merawatnya sampai berbuah matang, tak sebentar pun masalah itu terpikirkan. Gladys juga tak tahu dijual ke mana buah itu. Di desa ini, tak ada kendaraan apapun yang bisa lewat. Sebab untuk menuju ke kota, mereka harus melewati tengah hutan yang berliku. Membawa puluhan apel melewati hutan tidak akan mudah. Berat, susah, habis tenaga mereka nanti untuk pulang pergi. Dan di luar sana belum tentu pula buah ini laku.
“Di sini buah apel tidak terlalu laku. Jadi dulu Ayah menjualnya ke luar kota. Di Surabaya banyak sekali yang membeli apel Ayah. Mereka menjualnya lagi ke pasar, atau ke Madura.”
“Jadi kau mau jual ini ke Surabaya?” Marlina tercekat, lantas menghela lemas. “Kau bercanda, Gladys? Siapa yang mau mengantarmu ke sana membawa dua keranjang penuh apel?”
Beberapa petani ikut istirahat, duduk tak jauh dari Gladys. Samar-samar mendengar obrolan tentang nasib dua keranjang apel ini.
“Panjenengan mendet, Pak!” Marlina menyuruh mereka mengambil buah apel. Tak sampai tiga detik, beberapa petani sudah mengambil apel, dimakan di sana. Tampak senang sekali wajah-wajah lelah itu.
Kemudian, melintas sebuah ide dari atas kepala Gladys. Dia mengusulkan untuk membagi-bagi hasil panen ini ke seluruh desa. Membagi rata di setiap rumah. Orang-orang masih tak banyak tahu tentang buah apel. Mereka juga belum pernah merasakan manis buahnya.