Mungkin aku dianggap naif, sebagai korban pemerkosaan aku tidak bertindak sama sekali terhadap pemerkosaku. Alasan aku sebetulnya sederhana, aku tidak ingin menambah persoalan baru, dan tidak ingin larut dalam persoalan itu, yang aku takutkan aku semakin terpuruk.
Aku ingin bangkit dari masa lalu yang kelam itu, seoalah-olah aku tidak mengalami masa lalu yang sangat kelam. Aku rela dicap bodoh dan naif, asal aku bisa bangkit dan memperbaiki kehidupan dan masa depan aku.
Sempat terpikirkan untuk membawa kasus itu ke ranah hukum, tapi ada seseorang yang menasehati aku begini;
"Jangan sampai kamu lapor karena kehilangan kambing, tapi pada akhirnya kamu malah kehilangan kerbau."
Aku menangkap makna dari apa yang disampaikan oleh seseorang itu, dari pada mengalami kerugian yang lain, lebih baik lupakan masalah yang sudah dihadapi. Pendapat itu sangat masuk akal, apa lagi yang akan aku hadapi adalah orang yang memiliki kekayaan, yang uangnya tidak ada serinya.
Sementara aku bukanlah siapa-siapa, yang bisa saja semakin terpedaya oleh kekuatan finansialnya. Mister Yo itu selalu menghantuiku, dia kadang-kadang muncul seperti hantu, di luar dugaanku.
Hari ini aku benar-benar lelah, baru saja mau tidur dia datang. Setelah dia pulang, aku berusaha untuk tidur, dengan membuang bayangan tentang Mister Yo, dan mengingat-ngingat kejadian yang indah-indah di lokasi shooting, agar aku bisa tertidur.
Tiba-tiba ada langkah kaki yang masuk perlahan-lahan ke kamarku, padahal seingatku, aku sudah mengunci pintu. Kamar yang sengaja aku gelapkan lampunya, membuat suasana kamarku menjadi semakin mencekam.
Langkah itu semakin mendekat, aku berusaha untuk melihat wajah siapa yang sedang masuk ke kamarku, dari sela-sela jari tangan yang menutup mukaku. Betapa kagetnya aku, ketika tahu kalau yang datang itu Mister Yo.
Baru saja aku mau bangkit, tangannya yang kokoh sudah membekap mulutku, dan dia menindih tubuhku, sehingga aku tidak bisa bergerak. Napasku begitu sesak, dan aku tidak bisa berteriak. Aku hampir pasrah, namun aku terus berusaha untuk memberontak.
Aku merasa kenapa aku harus mengalami hal yang sama secara berulang-ulang, apa dosaku? Sehingga aku harus tersiksa dengan keadaan seperti itu. Aku sangat panik, aku terus mengutuki diriku yang seakan-akan tidak mampu keluar dari derita yang sama.
Aku berusaha berteriak sekencang-kencangnya, tapi mulutku seakan tercekat, dan tidak mampu mengeluarkan suara. Aku benar-benar frustasi dan putus asa, aku hanya bisa meratapi dan menyesali diri.
Aku terbangun, ternyata aku baru saja bermimpi tentang Mister Yo. Aku melihat jam weker yang ada disisi tempat tidur, jam menunjukkan pukul 15:30. Aku segera bangun, dengan tubuh yang penuh keringat, aku harus segera mandi, karena aku harus shooting pukul 16:00.
Seperti itulah trauma yang aku hadapi, aku begitu sulit melepaskan bayangan kelam yang terus menghantuiku diri. Aku buru-buru mandi, aku tidak ingin shooting terhambat karena kedatanganku yang terlambat.
Begitu aku keluar kamar, mobil jemputanku sudah menunggu di halaman depan kamar,