Aku merasa memang tidak berhak untuk mendapatkan kesenangan, selalu saja ada halangannya, tapi aku percaya kalau Tuhan menguji aku, biar aku lebih kuat, karena kesulitan yang akan aku hadapi akan lebih dari hari ini.
Dampak kecemburuan sutradara terhadap aku sangat besar, aku tidak di arahkan dengan semestinya. Aku harus berusaha menginterpretasikan skenario sendiri, dengan kemampuanku sendiri, ini adalah sesuatu yang sangat tidak mengenakkan.
Inilah repotnya kalau ketemu sutradara sesama wanita, dan memiliki perasaan pada orang yang sama. Bayangkan, aku satu frame dengan Prastowo, tapi yang dia arahkan hanya Prastowo, sementara aku hanya mengimbangi akting Prastowo. Aku merasa ini tidak adil, tapi aku tidak bisa menuntut ketidakadilan itu.
"Chemistry kalian berdua memang bagus, tapi kamu juga tidak harus over acting!!" Sergahnya, saat aku dianggapnya berlebihan dalam menghayati peran
"Bisa kasih tahu saya mbak? Salahnya dimana?" Tanyaku penasaran
"Ya kamu rasakan sendiri saja sendiri, dimana kamu merasa over acting." Ujarnya lagi
Aku sudah bisa menebak sebetulnya, apa yang membuat dia kesal dengan aku, karena dia sering pergoki aku saat sedang ngobrol dengan Prastowo. Aku mencoba menjaga jarak dengan Prastowo, tapi malah jadi aneh, dan Prastowo tidak bisa menerima hal itu.
Padahal aku ngobrol dengan Prastowo, dalam konteks peranan kami dalam skenario, untuk membangun chemistry yang di butuhkan skenario. Kenapa dia tidak cemburu pada pemain terkenal, yang mengajak Prastowo ngobrol secara khusus dalam mobil artis tersebut? Karena dia tahu resikonya berhadapan dengan produser.
Kadang menghadapi situasi seperti itu, aku harus tahu diri, dan mengalah dengan keadaan. Pernah aku menyendiri, tidak berkumpul di ruang kostum bareng dengan pemain, tapi Prastowo tetap saja menghampiri aku, terus salah aku dimana? Kenapa tetap aku yang jadi sasaran kebencian.
Prastowo pernah tegur aku, "Dis.., kamu jangan mengucilkan diri dong, teman aku siapa kalau gak ada kamu?" Tanya Prastowo
"Biar aku yang ngalah mas.., kalau enggak, nanti aku malah semakin terjepit, soalnya yang ngefans sama kamu berat-berat semua." Kataku saat itu
"Ya gak lah.., kamu tetap gak boleh seperti itu Dis, kita ini sama-sama sedang merintis karir, kita harus banyak bersabar ajalah." Ujar Prastowo
Aku membayangkan kalau tidak ada Prastowo di lokasi, siapa yang akan ajak aku bicara? Sementara aku tidak mudah dekat dengan lelaki sekarang ini. Aku sudah tidak ingin di cap sebagai 'Lajang yang Jalang,' cukuplah itu bagian dari masa laluku.