GADIS BULAN

Teguh D. Satrio
Chapter #1

PROLOG : Maharani

KAWANKU, izinkan aku menceritakan sebuah dongeng. Dongeng yang dulu pernah diceritakan oleh seorang kawan kepadaku, kini akan kuceritakan kepadamu. Inilah dongeng terindah yang pernah kudengar, yang akan selalu kuingat hingga malaikat maut menjemputku. Aku berjanji, kau pun akan menyukainya.

###

DAHULU, kala Majapahit masih berkuasa di tanah Nusantara, hidup seorang gadis jelita dengan surai lurus legam, menjuntai-juntai hingga ke pinggang. Dialah srikandi, bunga terindah daripada rupa-rupa bunga lainnya. Dialah seorang putri, namun bukan putri yang berdiri anggun di depan serambi istana, sebab dia dilahirkan dari rahim seorang gundik penguasa. Gadis itu bernama Maharani.

Memang Maharani adalah seorang gadis namun dia tak serupa gadis cantik biasa sebab sedari kecil dia senang sekali dengan seni bela diri. Setiap hari, saat para prajurit Majapahit tengah berlatih demi mempersiapkan diri untuk berperang, Maharani akan mengendap-endap keluar, kemudian merangkak masuk melewati semak belukar, kemudian dia bersembunyi di bawah sebatang pohon jati besar dan rimbun, kemudian dari balik sana dia akan mengintip puluhan prajurit yang sedang berlatih seni bela diri, kemudian dia ikut pula berlatih.

Maharani akan meniru setiap gerakan seni bela diri serupa dengan gerakan seni bela diri para prajurit itu. Jika ada seorang prajurit yang sedang berlatih meloncat-loncat, Maharani pun akan ikut berlatih meloncat-loncat. Jika ada seorang prajurit yang sedang berlatih menendang-nendang, Maharani juga akan berlatih menendang-nendang. Bahkan jika para prajurit itu sedang berlatih berpedang, Maharani akan mengambil sebuah ranting dan melakukan gerakan yang serupa. Hingga dia menjadi wanita dewasa kelak, perangai bengalnya itu tiada pernah berubah.

Lalu pada satu hari saat Maharani tengah mengendap-ngendap hendak berlatih seni bela diri, dia tanpa sengaja mendengar perbincangan antara Raja dan Panglima. Adapun isi perbincangan mereka ialah sebuah rencana kemenangan dalam perang melawan Kerjaan Sunda.

Namun Maharani tidak menyukainya, di mana anak-anak yatim dan piatu akan dijadikan garda terdepan, sebuah pasukan pengalih perhatian alias umpan alias tameng hidup yang siap ditusuk tombak pertama saat perang meledak hanya demi membuat pasukan lawan merasa telah menang. Itulah sebabnya Maharani mulai bertindak. Diam-diam dia kumpulkan seluruh anak yatim dan piatu yang dia temukan, lalu dia sembunyikan mereka di balik bukit, di tempat matahari terbit.

Lihat selengkapnya