Tentangmu Ibu

Rosidawati
Chapter #2

#2. Nisan tanpa nama

   Begitu banyak dokter muda di muka bumi ini. Apakah Riandra anak yang engkau cari sudah pula menjadi seorang dokter ? Sesuai keinginan suamimu. Dokter Rehan yang kala itu baru memulai karir kedokterannya.  

   Nyeri dadamu bila ingat tentang suamimu yang keberadaannya tak juga diketahuinya.

   "Selamatkan putra kita pergilah sejauh mungkin." pinta Rehan waktu dirinya baru tertangkap pihak yang mendendamnya."Jangan hiraukan hidup dan matiku. Jadikan putra kita seorang Dokter..." lanjutnya saat kedua orang bertopeng dan bersenjatakan parang menyeretnya.

    Tak tahan melihat darah mengucur dari perut suamimu Namun tatap mata sang suami saat menatapmu mengisyaratkan untuk menyelamatkan buah cinta mereka. Namun saat berlari untuk sembunyi, tangan tangan kasar merampas permata hatimu. Tenagamu tak sebanding dengan dua lelaki bertopeng yang kemudian membawa kabur bayimu.

    "Ya Dokter Rian, " angguk Dinda "Tadi sebenarnya mau menunggui Ibu, tapi Dokter Andre, seniornya di rumah sakit memintanya datang, kebetulan dokter jaga hari ini ijin ibunya meninggal, ya, jadinya dokter Rian yang menggantikan. Tapi Dokter Rian akan mengirim ambulance ke sini. Katanya Ibu harus dirawat di rumah sakit . Badan Ibu terlalu lemah perlu perawatan khusus , sebaiknya kita pakai taxi saja supaya tidak usah nunggu..." 

   "Dokter Rian..." nama itu begitu lekat di bibir dan perasaanmu. Baik sekali dokter muda itu. Mungkin kalau anakmu ada sudah pula menjadi dokter, karena suamimi juga seorang dokter. Ah ingat akan profesi dokter hatimu sangat nyeri. Engkau tak tahu apakah suamimi masih hidup, atau sudah almarhum. Karena dirimu sudah melacak seluruh rumah sakit di Surabaya ini, tapi Dokter Rehan tak pernah tercantum disana. Betulkah dokter tampan yang telah terpilih jadi suami itu tak sempat mengabdikan ilmunya? Benarkah lelaki yang telah memberinya anak itu sudah tiada? Betulkah cinta telah menuntut begitu besar pengorbanan? 

   Suami terpisah dari dirimu. Anak terampas pula dari pelukanmu Bayi montokmu yang tampan direbut pada usia tujuh bulan.

 .   "Tolong sampaikan pada Dokter Rian, terima kasih..." ujarmu.

      Tiba tiba saja secara naluria ada sebuah kekuatan yang dialirkan oleh semangat yang begitu saja menggerakkan seluruh aliran darahmu Wajah layumu yang pucat perlahan merona. Mendengar dirimu ditangani seorang dokter muda dan baik hati, hal itu rupanya yang telah membuatmu bagai dirawat oleh dokter Reandra, putramu sendiri.

    Terbayang saat sang suami mengelus perutmu yang sudah memasuki usia melahirkan,"Lahirlah dengan selamat anakku. Dan nanti jadi dokter seperti Papa. Dokter Riandra..." Ujar suamimu yang memang mempersiapkan nama Riandra untuk putranya yang telah diketahui jenis kelaminnya.

    "Dokter Riandra..." Engkau gumam lemah dan tergetar suaramu.

    " Nanti akan saya sampaikan pada dokter Rian," senyum Dinda. "Dokter Riandra siapa,Bu?" 

    Ada riak bahagia berkilat pada bola mata yang menunjukkan betapa ia ingin dokter yang merawatmu itu adalah putramu."Ah Ibu membayangkan anak Ibu sudah jadi seorang dokter," desis batinmu 

"Ibu..." gadis itu menyentuh tanganmu saat sinar matamu meredu.

     "Dulu suamiku ingin anak kami menjadi dokter seperti dirinya," tiba tiba sepasang matamu merebak air"Tapi takdir tertulis lain, anak kami terampas menyisakan kepedihhan sepanjang sisa hidupku ini,".

    ,"Ibu yang sabar, ya, " melihat kesedihan dan cerita wanitamu membuat Dinda terenyuh."Ibu obatnya diminum dulu, ya,"

    "Obat?" Engkau menatap Dinda

    Dinda mengangguk,"Ya dokter Rian memberikan obat dan vitamin, katanya tubuh Ibu sangat lemah, tekanan darahnya rendah. Ibu harus minum obatnya,ya. Setelah itu kita ke rumah sakit,"

Lihat selengkapnya