Kaki itu terus berlari menyusul Mike yang sudah terlihat kedua netranya. Napas laki-laki itu menderu, terdengar tersenggal-senggal. Keringat yang mengucur tampak tak terlihat, bercampur dengan air hujan yang sudah membasahi tubuhnya kembali.
Febian menarik pundak Mike yang tingginya tidak terlalu jauh darinya. Kemudian, mau tidak mau tubuh itu berbalik, dan ....
Buk.
Satu pukulan keras mendarat di pipi Mike. Pemuda berambut coklat itu sempoyongan, hampir terjatuh. "Dasar brengsek!" pekik Febian, dia mengepal tangannya kembali. Mendekati Mike dan memukul sekali lagi wajah tampan itu.
Mike tersungkur. Namun anehnya, laki-laki itu tidak membalas, justru dia tertawa senang di depan Febian. Teman kecil Tiana dibuat tambah emosi melihat tingkah Mike itu, dia juga belum puas memukul wajah laki-laki bule yang sudah terlihat bengap. "Apa yang sudah elu lakukan pada Tiana, huh?" teriaknya sambil menarik kerah baju Mike yang sedikit berantakan.
Mike tertawa. "Menurut elu apa, Febian?" tanya laki-laki asing dengan santainya.
"Brengsek! Bangun lu, bajingan!" pekik Febian tersulut amarah. Dia muak, kesal sekaligus sangat murka. Setelah bangun, satu tinju melayang dan kali ini mendarat di hidung Mike yang mancung. Laki-laki bule itu kembali tersungkur. Febian menghampiri kembali, lalu memukul Mike berkali-kali kayak orang kesurupan. Membabi buta dan tidak peduli keadaan Mike yang sudah babak belur.
Lalu berhenti kala dia melihat Mike yang sudah babak belur. Napas Febian sedikit kelelahan, terengah-engah. Menjauh dari laki-laki bule itu.
Mike masih saja tersenyum. Tak ada penyesalan di wajah laki-laki itu. Dia bersikap begitu santai menanggapi masalah ini. Dia menyeka darah yang mengucur dari lubang hidung. Kemudian, Mike berdiri, tatapan dingin beradu dengan tatapan Febian yang bertolak belakang.
Hening sejenak. Kedua laki-laki itu membiarkan tubuh dibasahi air hujan.
"Kenapa berhenti? Elu udah puas mukul gue, huh?" tanya Mike. Febian tidak menjawab. Ucapan Mike membuat hatinya semakin panas. Baginya, laki-laki bule itu lebih bejat dari seorang preman.
"Kenapa elu lakukan itu pada Tiana?" tanya Febian menatap sinis.
"Menurut elu?"
"Gak usah berputar-putar! Elu tau, perbuatan elu membuat dia hancur berkeping-keping!" kata Febian. "Elu gak lebih dari iblis, Mike!"
Mike tertawa, entah apa yang dia tertawakan, seolah-olah dia sangat senang mendapatkan hal penting dalam hidup Tiana. Dia juga merasa bangga bisa mendapatkan itu sebelum Febian.
"Sebenarnya ... elu apa gue yang iblis, Feb?"
Febian mendelik, laki-laki yang sudah bersahabat dengan Tiana sejak kecil itu tidak mengerti ucapan Mike. Laki-laki yang baru lima bulan tinggal di Indonesia itu mendekati Febian, dia mencondongkan kepala dan ....