Gadis Desa

Kamalsyah Indra
Chapter #4

Hati Ke Hati

Mobil berhenti di rumah Tiana. Bukan dari keluarga yang kaya, sederhana, namun rumahnya termasuk kaya di kalangan orang-orang desa. Ya, Tiana dan Febian orang desa yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Jakarta. Ayah Febian termasuk beruntung di desa itu dengan jabatan sebagai kepala desa.

Sedangkan Ayah dari Tiana, hanya seorang perangkat desa honorer. Sebagai orang tua tunggal membesarkan Tiana, Ayahnya sangat bersukur putrinya bisa melanjutkan berkuliah di kota dengan beasiswa penuh dari pihak kampus.

"Terima kasih, Bi!" kata Tiana engga menatap Febian. Laki-laki itu juga bersikap dingin. Namun, dia menghentikan Tiana membuka pintu mobilnya.

"Kasih tau gue apapun yang akan terjadi nanti di rumah dengan bokap elu, Ti!" Pinta Febian. Laki-laki itu tetap saja ingin melindungi Tiana, menjadi pelindung walau kejadian ini cukup menyakiti hatinya. Harapan dia untuk bisa menikahi Tiana nanti setelah lulus kuliah seolah sirna bak di tabrak truk.

Tiana, cinta pertama Febian. Dia menyukainya semenjak Tiana selalu membelanya kala Febian diganggu anak-anak nakal sewaktu sekolah dasar. Semenjak itu, dia bertekad ingin selalu menjaga Tiana. Tidak peduli ocehan orang yang menganggapnya sebagai satpam. Bagi dia, ini sebagai balas budi sekaligus mencurahkan rasa sukanya pada gadis itu.

Mata Tiana bergerak cepat. Dari memandang tangan yang digenggam, ke wajah Febian yang menaruh kecemasan tingkat tinggi. "Iya ... gue akan cerita sama elu." Suara serak Tiana hampir tidak terdengar oleh Febian. Pemuda itu membalas senyuman gadis itu.

Tiana pun turun, Febian menatap terus gadis itu yang berjalan menuju rumahnya dengan perasaan hancur. Lalu, ada sebuah senyuman misterius yang tersungging di bibirnya. Dia memutar mobilnya dan pergi dari rumah Tiana.

Kaki gadis itu berhenti melangkah sejenak. Lalu menoleh, terlambat, Febian sudah pergi dari rumahnya. Tiana menunduk lemah, merasa bersalah pada Febian. Dia juga bisa merasakan betapa hancur hati laki-laki itu. "Maafkan gue, Bi!" bisik batinnya lirih. Dia ingat, Febian pernah mengungkapkan rasa sukanya pada Tiana kala masih duduk di bangku sekolah dasar setelah seminggu dia menolong laki-laki itu. Mereka kemudian berdua mengikat janji di bangku sekolah menengah pertama agar bisa menikah di kemudian hari. Tiana menyetujui.

Menyetujui agar keduanya bisa saling menjaga dan menolong dikala susah. Tapi, sekarang justru dirinya lah yang mengkhianati Febian. Kehormatannya direnggut paksa oleh Mike, laki-laki bule yang baru dia temui semenjak dia berkuliah di kampus Jakarta.

Tiana menutup pintu. Di dalam di sambut ayahnya yang sedari tadi sore menunggunya. "Tiana!" Pandangan mata laki-laki berkacamata itu langsung tertuju pada pakaian Tiana yang basah dan berantakan. "Dari mana saja kamu? Ayah kuatir sama kamu dari tadi!" tanya Ayahnya cemas.

"Maaf, Yah, tadi hujan lebat. Jadi, aku gak bisa pulang!" katanya tertunduk. Terpaksa berbohong agar ayahnya tidak kecewa pada dia.

Ayahnya mendesah. "Terus, kamu pulang sama Febian 'kan?" tanyanya sekali lagi. Tiana mengangguk dengan senyuman tipis. "Sukurlah!" Laki-laki itu bernapas lega mendengar Febian yang mengantar putri semata wayangnya.

"Aku mandi dulu ya, Yah."

"Oh ... iya ... iya, abis mandi jangan lupa makan. Ayah sudah masakin makanan kesukaan kamu," ujar laki-laki itu penuh senyuman. Sekali lagi, Tiana mengangguk dan pergi ke kamar mandi. Dia sangat bersalah pada ayahnya itu. Bersalah karena tidak bisa mempertahankan kesuciannya.

Dia membuka keran shower, membiarkan tubuhnya basah terkena buliran-buliran air yang keluar tanpa membuka baju. Air mengalir deras menjalar ke seluruh tubuh.

Lihat selengkapnya