Tiana berjalan menuju kamar mandi, namun langkahnya terhenti saat kedua mata lentik itu melihat selembaran persis dengan yang dia dapatkan dari mahasiswa-mahasiswi yang merundungnya.
Bergegas dia mencabut selembaran-selembaran itu dari pohon. Bukan hanya satu, tetapi dia mendapati selembaran itu di sepanjang jalan menuju kamar mandi. "Mike! Jadi benar kamu yang melakukan semua ini?" Dia mulai percaya dengan ucapan Febian, niat hati ingin melupakan masalah yang terjadi pada dia selama ini dan juga semalam, namun Tiana mengurungkan niatnya. Gadis itu melangkah berlawanan, mencari Mike. Mengikuti jalan yang di lalui Febian.
Begitu juga dengan Febian, dia berhenti tiap satu langkah untuk mencabuti selembaran itu. "Febian!" panggil Tiana dari kejauhan.
"Tiana? Kenapa elu ke sini?"
"Ayo kita cari Mike." Dia meraih tangan Febian, kemudian menariknya.
"Gak usah, biar gue aja yang cari dia! Elu bersihin saja tubuh elu dari telur dan tomat busuk!" cegah Febian.
"Gak, gue harus temui dia. Dan ternyata benar, Mike yang menyebarkan selembaran ini dan memfitnah gue!" sergah Tiana yakin bahwa semua selembaran ini Mike yang menempel dan menyebarkan ke seluruh mahasiswa di kampus itu.
"Elu tau dari mana?"
"Gak perlu tau dari mana, pokoknya kita harus temui Mike sekarang!" Tiana menarik tangan Febian agar bergegas mengikutinya.
Namun pemuda itu menghentikan Tiana. "Tunggu! Kita gak bisa menuduh orang tanpa bukti, Ti!" cegah Febian.
"Bukti apalagi, Bi? Selembaran ini bisa kita jadikan bukti untuk membuat Mike jera." Tiana tidak kalah ngototnya. "Menurut perasaan gue saat ini, gue yakin pasti dia. Sebab, gak ada orang lain lagi yang tau masalah ini selain elu dan Mike. Dan gue yakin elu gak akan melakukan ini sama gue, jadi, pelakunya adalah Mike!" Ungkap Tiana meyakinkan intuisinya saat ini.
Febian berdehem, berpikir sejenak kemudian. Menimbang-nimbang ucapan gadis di hadapannya itu. "Oke! Kita temui dia sekarang dan kita laporkan dia ke dekan, rektor atau polisi mungkin!" Tiana mengangguk setuju, keraguannya sesaat tadi mendadak menjadikan dia berani untuk mengambil tindakan. Baginya, selembaran ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi.
Pemuda itu dan Tiana mencari Mike di seluruh tempat biasa pemuda bule itu datangi.
Di tempat terakhir, tepatnya di sebuah lapangan sepak bola. Pemuda itu terlihat duduk di bangku pemain, keringat mengucur di antara jenjang lehernya. Dia sedang asik minum, air mengucur dari botol air hingga mengalir ke tenggorokan. Mike terlihat begitu kehausan setelah sejam berlatih sepak bole. Sebagian air minum mengalir ke lehernya.