Gadis INFP

Duroh
Chapter #3

Sunyi Itu Rumah

Kehilangan Teddy meninggalkan dendam dalam diriku bukan dalam bentuk teriakan atau demonstrasi. Tidak pula dalam barisan kata kasar di media sosial.

 Dendamku diam.

Dalam. 

Tak terlihat. 

Tapi tumbuh seperti jamur di musim hujan, menjalar ke dalam pikiran, menusuk setiap detik sunyi.

Aku mencium bau tikus di setiap langkahku. Di trotoar, di layar televisi, bahkan di antara kertas-kertas undangan rapat.

Dan aku, seorang INFP yang seharusnya hidup dengan puisi dan harapan, malah memutuskan menyusup ke sarang mereka: partai politik.

Keputusan itu bukanlah pemberontakan, melainkan strategi. Aku menyusup bukan untuk ikut bermain, tapi untuk mencari titik lemah dari dalam. 

Aku ingin menemukan celah, membuka borok yang selama ini ditutup rapat oleh formalitas dan baju batik mahal.

Ku pasang topeng. Tebal dan meyakinkan. Di dalamnya aku tetap Aviena yang sama, tapi di luar aku menjelma jadi perempuan yang ramah, manis, dan penuh senyum palsu.

 Mereka menyukainya. Mereka memujiku, memanggilku “cahaya baru partai.”Tentu saja mereka suka. Aku memuji mereka sampai mual, berjabat tangan dengan mereka sambil senyum padahal tubuhku ingin muntah.

Lihat selengkapnya