Gadis Kecil dan Cerita-Ceritanya

Dewi sartika
Chapter #1

Anak Tai

 

Kata teman-temanku, anak itu bau, bau tai. Ini gosip yang aku dengar ketika aku sedang berkumpul bersama teman-temanku.

“Benar lho. Anak itu bau!” Aisyah berkomentar semangat, “Waktu itu anak itu jajan di warungku kan. Ih, baunya…..pokoknya bikin nggak enak!”

“Yang benar?” Nurul bertanya heran.

“Benar. Kalau nggak percaya tanya saja sama Devi.”

Aku tidak berkomentar, soalnya aku belum pernah bertemu anak itu langsung.

“Dia sering turun dari tegal cabe ke kompleks kita. Itu lho, anak perempuan yang rambutnya keriting berantakan. Kamu harus lihat Gadis. Nanti kamu bakal cium, uhhhh, baunya, benar-benar bikin nggak tahan.” Aisyah terus saja bercerita dengan penuh semangat. Dia bahkan mempraktekkan gaya jijik dan kebauan seperti ada orang kentut di dekatnya. Tentu saja aku dan Nurul ikut tertawa melihat tingkahnya.

“Terus gimana?” tanyaku pada Aisyah, “masa anak itu bau gitu aja. Dia nggak pernah mandi ya?”

“Bukan, bukan nggak pernah mandi,” Aisyah mengeleng-gelengkan kepalanya sekuat tenaga, “mau tahu ceritanya?” tanya Aisyah sambil berbisik. Aku dan Nurul pun mengangguk semangat. Pokoknya kami penasaran.

“Katanya dia itu makan tai….” Bisik Aisyah yang membuat aku dan Nurul sama-sama melotot.

“Yang benar?” tanyaku tidak percaya.

Nurul mengeleng-geleng, dia merasa pendengarannya salah.

“Tuh kan, pasti nggak percaya!” Aisyah langsung tertawa melihat wajahku dan Nurul.

“Kamu bohong ya?” tegurku keras pada Aisyah.

Aisyah menggeleng, “Aku nggak bohong. Kakakku yang cerita. Ayo kalau tidak percaya, kita ke Teteh….” Tegas Aisyah, dia segera bangkit dari duduknya dan menepis-nepis debu di lutut. Aku dan Nurul saling berpandangan sebentar sebelum bilang setuju, lalu kami menyusul berdiri. Pokoknya aku ingin tahu, benar tidaknya cerita si Aisyah.

Teteh Aisyah bernama Masruroh. Kulitnya putih dengan bintik-bintik merah di pipi. Itu bukan jerawat, tapi semacam tanda. Lagipula Masruroh itu cantik, rambutnya hampir berbentuk sama dengan Aisyah, bergelung-gelung. Hanya bedanya, tubuh Masruroh gemuk pendek sedang Aisyah tinggi kecil.

Kami bertiga mendatangi Masruroh yang duduk di depan warungnya. Ketika sampai, Aisyah pun dengan bersemangat menceritakan tentang anak yang bau tai itu dan meminta penjelasan yang lengkap dari Masruroh. Masruroh mengangguk-angguk sambil memandangi aku dan Nurul, lalu dengan lagak seperti tukang dongeng kawakan, Masruroh pun semangat untuk menceritakan kisah tentang anak yang bau tai itu pada kami.

“Anak itu makan tai,” itu kata pertama yang keluar dari mulut Masruroh ketika aku bertanya padanya, jari telunjuknya di letakkan ke dekat bibir, berlagak seakan itu adalah sebuah rahasia. Tentu saja Aisyah mengangguk-angguk dengan semangat sambil berkata, benar kan lalu menepuk-nepuk lenganku.

kami yang berada di tempat itu saling menunjukkan wajah jijik, tapi kami ingin tahu lebih jauh lagi. aku mendengarkan dengan seksama, memastikan tidak ada cerita yang terlewat dari intaian telingaku.

“Katanya waktu itu dia sedang pergi buang air besar. Pas dia lihat tainya sendiri dia heran dan penasaran. Kelihatannya enak. Tau kan, bentuk tai berputar seperti pasta yang ada di kue. Melihat itu, anak tersebut ingin mencoba. Ternyata enak,” wajah Masruroh terlihat sungguh-sungguh,dan aku bergidik jijik mendengar ceritanya.

"Iyuhhh!" kawan-kawan serentak bersuara.

“Terus?” tanya Nurul penasaran.

Lihat selengkapnya