Bab XII
Potong Rambut
Mama memutuskan aku untuk potong rambut.
Rambutku itu ikal, tapi anehnya rambutku tidak bisa tumbuh melebihi pinggang. Setiap hari, kalau rambut tidak diikat maka dia akan bergelung-gelung tidak teratur. Aku sering terganggu dengan kondisi itu, begitupun Mama.
“Gadis, rambutku dipotong saja.” Ucap Mama ketika melihat rambutku yang berantakan.
Aku terdiam. Sebenarnya aku memimpikan punya rambut panjang. Aku pernah melihat sepupuku memiliki rambut lurus panjang yang indah dan membuatku iri, tapi rambut ikal tipis memang selalu jadi masalah yang tidak akan pernah selesai. Mama tidak menyukai aku yang berantakan dan tidak suka juga menata rambutku.
Aku tidak memiliki pilihan kecuali setuju untuk memotong rambut. Mama lantas membawaku ke salon di kawasan depan dekat jalan raya. Ketika sampai di salon Mama hanya menunjuk pada kapster untuk memotong rambutku pendek.
Aku menatap diriku sendiri di depan cermin, berpikir bahwa sehabis keluar dari salon ini rambutku akan jadi cantik dan bergaya.
Kapster memandang rambutku, memilah dan melihat dengan teliti. Aku kemudian disenderkan ke belakang dan dicuci rambutnya. Air merembes dari kepalaku dan terasa dingin sampai membuatku merinding. Baru kali ini ada seseorang mencucikan rambutku dengan perlahan.
Setelah rambutku basah, sebuah handuk kecil dililitkan di kepalaku. Tubuhku dihadapkan pada cermin di depanku dan kapster membuka lilitan handuk dan kemudian mengurai rambutku dan menyisirnya.
Kris, Kris!
Aku mendengar suara gunting bekerja. Beberapa helai rambutku terjatuh. Aku menatap helaian rambut itu sambil mengucapkan selamat tinggal. Rambut itu sudah menemaniku selama beberapa tahun dan sekarang dia meninggalkan kepalaku.
Kris, Kris! Tangan Kapster sangat terambil memotong terus dan terus. Aku merasa potongannya sangat banyak dan membuatku cemas. Mana Mama? Dia harus mencegah Kapster itu memotong sedemikian banyak rambutku. Bagaimana kalau akhirnya rambutku akan habis dipotongnya.
Aku melihat rambutku di balik cermin, merasa kaget dengan potongannya yang super pendek. Lalu kemudian aku mendengar dengung mesin pengering di belakangku. Terasa panas sampai ke leher. Sepertinya leherku tidak memiliki perlindungan sampai aku bisa merasakan hangatnya pemanas.
Mama masuk dari luar dan mendekat ke arahku. Dia terpekik, “Ya Allah!”
Kapster terkejut, lalu menoleh ke arah Mama, mama langsung berteriak marah, “Apa-apaan ini. saya memang minta rambut anak saya dipendekkan, tapi bukan pendek kayak cowok!” Mama langsung menyemprot Kapster tersebut.
“Aduh, Maaf Bu. Saya pikir ibu mau membuat rambutnya sependek mungkin.” Jawab Kapster tersebut dengan suara takut.