Gadis Kolong Sampah

Kuni 'Umdatun Nasikah
Chapter #22

Tentang Lima Tahun Silam

*POV Rabi’ah Al-Adawiyah

Usai ngaji malam. Sebelum ngaji bersama Ustaz Nizam.

“Mbak La, tadi kamu ditanyain Ustaz Nizam.”

“Kapan?” Sembari mengunci pagar depan.

“Barusan. Ya paling sepuluh menit yang lalu.”

“Apa perlu ditelpon balik?” Kuberikan kuncinya pada Mbak Fiya, pengurus keamanan.

Sudah pukul sembilan malam. Gerbang depan wajib dikunci. Keluarga ndalem juga sudah tidak ada yang di luar. Abah sudah pulang ba’da isya tadi.

Mboten usah (tidak usah), Mbak La. Beliau bilang besok akan membicarakannya langsung sama kamu.

“Paling soal lomba atau apa gitu.”

“Kalau yang lain gimana, Mbak?”

“Nggak mungkin.”

“Mbak La, Mbak La. Memangnya kenapa to, Mbak, kamu kok kayaknya pasti gimana gitu kalau dijodoh-jodohin dengan Ustaz Nizam. Kalian punya visi misi yang cocok.”

“Belum tentu.”

Masuk kamar.

Kasur lantai sudah dipasang. Tiga kasur cukup untuk membuat lantai keramik warna cream ini tidak dingin. Penghuninya juga hanya lima orang.

“Eh, aku ndak mau tidur dipojokan. Ndak bisa polah nanti,” pinta Mbak Maryam. Dia melemparkan bantal ke wajah Mbak Nara yang sedang mendaras di dekat jendela.

“Eii, kau. Mbak, hanya aku yang boleh tidur di tengah. Kamu biasanya ngorok lhoooo.” Mbak Nara berseru. Melemparkan balik bantal itu.

“Aturan tidurnya itu begini. Mbak Nara deket jendela. Mbak Ala dekatmu, Mbak Nar. Mbak Maryam di pojokan sana, Mbak Janu di tengah, dan aku dekatnya Mbak Janu.” Mbak Olip menengahi. Jongkok sembari merapikan kasurnya. Menarik bantal kemudian, di tumpukan pojokan atasnya tumpukan tas.

Mbak Janu baru datang langsung melepas kerudung. Meletakkannya di pintu lemari. Lalu, merebah sembari menghela napas.

“Arek-arek jam segini masih saja ramai di belakang.”

Lihat selengkapnya