Gadis Kolong Sampah

Kuni 'Umdatun Nasikah
Chapter #28

Amnesia

*POV Ratna

Wajah di depanku tak berhenti membuatku berpikir ulang. Pikiranku menerawang. Apakah setelah beberapa waktu aku tidak tinggal di sini, ada nama Ratna yang lain? Apa aku juga telah dilupakan? Aku tidak mengenal orang itu. Apakah itu tandanya dia warga baru? Aku nyaris tidak mengharapkan wanita itu mengenalku. Aku tidak dapat mengartikan apa-apa ekspresi wajahnya kini.

Sebelum wanita itu memutuskan pergi, dia sempat memperhatikan wajahku. Kukira ada sesuatu yang aneh dengan wajahku. Aku malah mendadak gusar. Mengira wanita itu curiga aku pernah menjadi perempuan malam. Dan, jika itu benar, tamatlah sudah riwayatku. Pak Su mungkin sudah berusaha mati-matian untuk membalaskan dendamnya padaku. Tapi, wanita itu pergi tanpa meninggalkan sepatah kata usai tahu namaku.

"Kejar, Ratna."

"Orang-orang menjadi aneh. Ibu itu juga, Zah."

Lalu, Fizahlah yang memburu. Dia melambaiku. Aku dan wanita itu berpapasan mata. Bagaimana jika wanita itu pergi karena tahu apa yang kulakukan selama ini? Lalu, dia tidak mau berurusan denganku. Fizah menyuruhku bertanya dengan tatapan matanya.

"Ibu warga baru, ya?" tanyaku setengah ragu.

"Ibu warga lama," jawabnya pun sama. Tidak begitu tegas.

"Jadi, Ibu kenal saya?"

"Setahuku..."

Dadaku mendesir perlahan. Satu dua tiga aku menghitung dalam hati wanita itu akan segera menanyakan sesuatu yang ingin aku hindari. Aku memohon-mohon dalam batin. Cukuplah aku, Fizah, dan Tuhan yang tahu sebenar-benarnya perkara ini.

Aku memandang ke belakang. Maksudnya agar wanita itu mengurungkan niatnya untuk bertanya. Aku mengalihkan pembicaraan.

"Ini rumah saya lo, Bu. Tapi, kenapa jadi gini rumahnya? Papa dan Mama saya di mana?"

"Kamu beneran anaknya Pak Eko?" Tidak begitu terkejut. Tapi, mimik keheranan itu lumayan terlihat.

"Iya, Bu. Beneran. Ratna di desa ini hanya satu. Apakah wajah saya berubah, Bu?" Kupegang tangan wanita itu.

Dia melepaskan tanganku. Tidak suka kupegangi tangannya.

"Kenapa Ibu takut? Saya manusia. Bukan hantu."

Wanita itu membiarkan waktu berlalu beberapa detik. Sengaja mengulur waktu. Aku di sini penasaran menunggu.

Kepingan ingatan menyusup kemudian. Dimana yang terlintas ialah suara sepi di keheningan malam. Sebuah mobil melaju cepat. Penumpangnya sudah terlelap kecuali sopir yang berusaha menahan kantuk. Aku bisa mengenali siapa mereka.

"Pak Eko dan istrinya sudah meninggal. Sudah lama sekali."

Aku mendadak beku. Mulutku terbungkam rapat. Tidak ada sepatah kata selain hanya diam. Mulutku menganga beberapa saat.

"Bagaimana kejadiannya?" tanya Fizah.

"Ibu tidak tahu gimana kejadian persisnya. Mereka meninggal karena kecelakaan. Mobil mereka masuk jurang. Jenazah mereka ditemukan pada hari yang sama. Kalau tidak salah, kejadiannya pagi. Jenazahnya baru ditemukan setelah isya."

Lihat selengkapnya