Gadis Kolong Sampah

Kuni 'Umdatun Nasikah
Chapter #33

Belanja

*POV Ranaa Hafizah

Aku dan Ratna masih berdiam diri di belakangnya. Begitu ditatap, kami segera mengalihkan pandangan. Kami memang barusan mendengarkan percakapannya dengan ibunya.

"Kenapa tidak langsung ke sana saja?"

Kaki bingung menjawab. Justru aku pun berpikir iya kenapa, ya, kok nungguin dia juga. Mungkin Ratna sependapat denganku.

Dua langkah kami terhenti ketika dia mengajukan pertanyaan, "Apa kalian ada waktu sebentar saja?"

"Kami?" tanya kami bersamaan.

"Iya."

"Ada," jawab Ratna mewakili.

"Jadi gini, Mbak Zahra, Mbak Rinai. Aku minta bantuan kalian. Setelah salat, kalian ikut aku ke toko baju. Bisa, kan?"

"I-ya. In-syaallah bisa." Aku kembali meyakinkan diriku bahwa dia memang orang baik. Sejujurnya aku masih was-was. Tapi, naluriku memberitahu dia tidak sama dengan pria yang pernah kutemui sebelum-sebelumnya.

"Bener bisa? Mbak Rinai keberatan?"

"Saya ikut Fizah saja. Yang penting kami aman."

Dia tersenyum tipis.

"Memangnya kalian pikir aku akan berbuat apa?"

"Maaf," kataku.

"Ya ya. Hanya ke toko. Setelah itu kalian bisa melanjutkan perjalanan."

***

Aku dan Ratna lebih dulu selesai salat magrib. Kami menunggu di serambi masjid. Menepi di bingkai pintu dekat pot tanaman pucuk merah. Ratna menoleh ke belakang.

"Belum keluar kayaknya."

"Ditunggu ajalah."

"Zah, emang kamu yakin dia orang baik?"

"Menurutmu gimana?"

"Dari sikapnya aku nggak begitu gimana-gimana. Beda dengan Kakaknya kemarin."

"Semoga saja dugaanmu benar. Doa yang banyak. Allah pasti melindungi kita."

"Ayo!" Tahu-tahu dia sudah muncul di depan kami. Berceletuk.

Kami bangkit mengekorinya menuju parkiran mobil. Dia memberikan uang lima ribu kepada tukang parkirnya. Meskipun seharusnya yang dibayarkan hanya dua ribu rupiah saja, dia tidak mau menerima uang kembalian. Isyarat tangannya menolak. Lantas, dia membukakan pintu belakang untuk kami.

Di dalam mobil. Masih beberapa meter keluar dari parkiran. Nada dering ponselnya menarik pandanganku ke arah spion. Dia juga barusan menatap ke arahku. Lalu, dia mengangkat panggilannya.

📞"Wa'alaikumussalam."

📞"Saya di alun-alun."

📞"Nggak bisa, Pak. Ini saya mau ke toko dulu. Langsung ketemuan di tempat saja bagaimana?"

📞"Nggak di shareloc?"

📞"Kalau gitu saya tunggu di depan toko baju sekitaran alun-alun."

📞"Nanti saya kasih tahu. Belum tahu mau ke toko yang mana ini."

Dia tertawa.

📞"Bukan. Ibuk nitip sesuatu."

📞"Wa'alaikumussalam warahmatullah."

Lihat selengkapnya