Gadis Kolong Sampah

Kuni 'Umdatun Nasikah
Chapter #44

Seumpama Berlian

*POV Ranaa Hafizah

Sebelum berangkat ke pasar Ratna masih mengeluh sama. Perutnya terasa kencang. Pagi ini dia harus mandi menggunakan air hangat. Ibuku yang menyiapkannya di tungku sebelum subuh tadi. Hari ini dia kularang pergi ke mana-mana. Jika dia kutawari pergi ke pasar, dia pasti tidak akan mau. Setelah mandi, dia kusuruh berjemur di depan. Itu pun dia tidak bersedia. Dia sama sekali tidak ingin dipertanyakan orang setelah pembicaraan dengan Mbah Sinem kemarin.

Sementara, aku dan ibuku masih di dapur menyiapkan keperluan ibu. Sebentar lagi aku dan adikku berangkat.

"Kalau sudah aku bawa dulu ke pasar, Buk."

"Ratna tidak diajak?"

"Dia malu ketemu banyak orang, Buk. Perutnya juga masih sakit."

"Dia kenapa to?" tanya ibuku seraya meletakkan tumbu ke pinggulnya. Nanti akan diletakkan di sepeda motor butut peninggalan ayah yang telah dimodifikasi menjadi motor becak. Satu-satunya kendaraan yang menyelamatkan kaki ibu dari rasa pegal-pegal setelah berjalan jauh.

"Kecapean saja, Buk."

Aku pun melakukan sama. Kubawa rinjing berisi buah jambu. Aku yang membawa buah yang dipanen ibuku kemarin lusa dari kebun belakang rumah. Meski tanahnya tidak cukup luas, tapi ada beberapa tanaman yang buahnya bisa berbuah setiap waktu. Ada juga salak, jambu biji, pisang kepok, dan pepaya. Lalu, di depan rumah ada satu pohon alpokat yang sudah tumbuh besar, tetapi belum pernah berbuah.

Tanaman itu memang ditanam di tanah milik sendiri. Walaupun kami miskin, setidaknya dulu bapak telah memperjuangkan tanah ini untuk bekal masa depan anak-anaknya jika menikah nanti, katanya. Sebelum nantinya dijual, tanah dimanfaatkan dengan ditanami buah buah yang sekiranya dapat dijual sesering mungkin. Lumayan untuk tambahan rizki.

Ibuku selesai menata barang bawaan ke motor.

Adikku keluar rumah. Masih berusaha memakai kaus oblongnya.

Lihat selengkapnya