Gadis Kolong Sampah

Kuni 'Umdatun Nasikah
Chapter #62

Temaram Datang Menyapa

*POV Ibban Nizami

Mas Bayu meneleponku tadi malam. Ibuk memintaku pulang. Ibuk sekarang sedang sakit dan ingin bertemu denganku. Ibuk dirawat di rumah. Hanya saja ibuk punya rawat penyakit asma. Satu tahun terakhir tidak pernah kambuh. Dan, kata Mas Bayu baru kemarin sore ibuk kumat. Sekarang ibuk masih harus banyak istirahat. Demi permintaan itu, aku tidak bisa menolak. Aku meninggalkan mata kuliah sosiologi pendidikan dan fiqih muamalah dengan jumlah enam SKS di tiga kelas.

Masih dalam perjalanan. Beberapa puluh menit lagi tiba di rumah. Mas Bayu menelepon. Aku melipir di pinggir.

📞"Iya, Mas. Ibuk bagaimana?"

📞"Asmanya tambah parah. Ini perjalanan ke rumah sakit. Kamu langsung saja ke rumah sakit umum."

📞"Oke." Handphone kulempar begitu saja. Tancap gas.

Dua puluh lima menit kemudian.

"Syafakillah."

"Aamiin. Zam, Mbak Rubia piye (bagaimana)?"

Aku masih fokus menatap ibuk.

"Mbak Rubia sudah jujur padamu?"

"Soal?"

"Le, kamu sudah dewasa. Kalau ada perempuan suka mbok diperhatikan ciri-cirinya."

"Sebetulnya aku tahu. Tapi, aku tidak bisa menanggapi perasaan dia."

"Terus siapa calon menantu Ibuk?"

"Sudah disiapkan Allah, Buk. Ibuk fokus bagaimana caranya supaya sehat lagi."

"Zam, bagaimana kalau usia Ibuk tidak cukup panjang sampai kamu menikah nanti?"

"Ibuk. Sampun (sudah). Itu urusanku. Ibuk tidak usah bilang apa-apa.

"Kamu sudah ketemu Mbak Rubia?"

"Sudah. Aku diundang makam malam."

"Itu acara khusus untuk mempertemukan kamu sama Mbak Rubia. Kamu paham ndak?"

"Kok Ibuk malah tahu?"

"Hari selasa, pagi-pagi banget, Mbak Rubia ke sini, Zam. Dia bantu Ibuk masak."

"Terus?"

"Sambang Ibuk. Ya sekalian dia membicarakan kamu."

Masih dengan mataku yang lekat memandang kedua mata ibuk.

"Mbak Rubia jujur pada Ibuk. Dia suka sama kamu. Dia sudah mantap memilihmu, Le. Kamu pahami itu. Orang tuanya sudah setuju. Ibuk sebetulnya juga sudah setuju. Tinggal bagaimana kamu."

"Paklek, Paklek nikah aja sama Kak Mustika," ucap keponakanku yang lucu itu.

Dia masuk sendirian.

"Ayahmu mana?"

"Ayah ketemu Mamah di luar. Pasti kita mau tinggal serumah lagi," ujarnya kemudian dengan riang. Memandang ibuk. "Iya, kan, Ti?" Dia meniduri dada ibuk.

"Eyang Ti masih sakit. Sini Paklek pangku."

"Emoh." Dia melahap permen loli besar di tangannya.

"Paklek nikah aja sama Kak Mustika."

Dia ngeloyor keluar ruangan.

Lihat selengkapnya