*POV Ratna
"Yang kaulihat itu, itu rumah semua penghuni yang ada di sini. Bagian perempuan. Laki-laki ada di sebelah selatan. Nggak terlalu kelihatan dari sini."
"Kenapa banyak tanaman-tanaman di sini?" tanyaku.
Aku melihat berbagai macam jenis sayuran terhampar di halaman depan. Letaknya di sebelah kiriku, dikelilingi pagar bambu setinggi setengah meter, di bawah pohon mangga manalagi dan rambutan binjai.
"Rumah-rumah yang terhalangi pohon mangga dan rambutan, di sana pondokan laki-laki."
Aku kembali menatap rumah yang posisinya paling tinggi itu. Ada tangga naik agar sampai ke rumah itu. Melihat suasana sekitar yang masih sangat asri, kupikir berdiri di atas sana sangatlah menenangkan. Tapi, aku tidak tahu itu tempat tinggal siapa.
"Tempat ini luas banget, ya," kata Fizah. Fizah menatap sebelah kanannya. Masjid tanpa menara yang luasnya memang tidak terlalu besar. Sepuluh kali tujuh meter. Dilengkapi tempat wudu pria.
"Ya. Di belakang sana, masih ada kandang sapi, kambing, dan ternak ayam."
Kepala Fizah spontan menoleh ke kanan. "Ada kandang juga?"
"Ikut aku!"
Semakin membuatku penasaran dan antusias.
"Penghuni perempuan tidak banyak. Hanya ada tiga puluh lima. Rumah-rumah itu masih banyak yang kosong. Bisa kalian tinggali kalau mau. Masak bisa bareng seperti yang mereka lakukan itu."
Aku mendapati banyak wanita bergotong royong masak di belakang petak-petak rumah itu. Di ruangan terbuka, di bawah kanopi.
"Gus?" Mereka langsung menyapa setelah melihat Yazeed menatap mereka sembari tersenyum.
Ada beberapa perempuan yang sedang bekerja sambil menggendong anak. Salah satunya yang sedang menimba air, menumpahkan air ke bak-bak besar. Di sampingnya ada tumpukan baju-baju. Kuelusi perutku. Lalu, aku kembali memperhatikan mereka.
"Hidupku pasti akan seperti itu jika aku tinggal di sini," batinku.
Langkah Yazeed berhenti. Para pria sibuk di kandang-kandang. Sapinya cukup banyak. Ada delapan, kambingnya mungkin kurang dari sepuluh. Sementara, kandang ayamnya memang cukup besar juga.
"Bagaimana menurut kalian?"
Aku dan Fizah saling menatap.
"Jangan heran. Penghuninya rata-rata orang dewasa. Banyak yang sudah berkeluarga, tapi tak sedikit juga yang terasingkan dari keluarga. Mereka itu orang-orang yang sudah berhasil bertaubat. Lainnya banyak yang sudah pulang ke keluarganya masing-masing."
"Lalu di mana tempat tinggalmu?" Aku memberanikan bertanya.
Yazeed tidak menjawab.
"Aku masih belum mengerti. Apa yang mereka kerjakan?" ujar Fizah kemudian.
"Semuanya. Mereka biasa berbaur dengan masyarakat ketika mencari pakan sapi. Kaupikir mereka di sini dipenjara?"
Fizah masih menatap Yazeed.