Gadis Kolong Sampah

Kuni 'Umdatun Nasikah
Chapter #82

Pertanda

*POV Ranaa Hafizah

Aku di kamar. Masih di atas sajadah. Tadi aku tidak sempat ikut salat jamaah isya karena harus membuatkan teh jahe untuk Gus Fakhar yang sedang meriang katanya. Sejak pagi mengeluh pusing sampai beliau harus absen ngaji kitab Hikam dengan santri putri. Seharusnya yang membuatkan tehnya bukan aku, tapi Ning Ulya. Yang tidak lain adalah calon menantu bu nyai. Tapi, Ning Ulya masih deresan sepuluh juz dengan muraqibah. Tidak bisa diganggu sejak ba'da asar tadi.

"Iza? Sampeyan deresan mboten, Nduk?"

Terjemah: (Iza? Kamu murajaah tidak, Nduk?)

Bu nyai mengetuk kamarku.

"Ufi nengndi (di mana), Nduk?"

"Ke pondok putri, Bu Nyai."

"Woalah. Sampeyan repot mboten?"

Terjemah: (Oh. Kamu repot tidak?)

Bu nyai melihat Alquran di tanganku.

"Deresan, Nduk?" (Murajaah, Nduk?)

"Sudah selesai, Bu Nyai."

"Nyuwun tulung pijetono Ummik, Nduk! Boyoke Ummik pegel kabeh."

Terjemah: (Minta tolong pijati Ummik, Nduk! Pinggang Ummik pegal semua)

Aku mengangguk. Melepas mukena segera. Pintu kututup rapat.

Bu nyai sudah mapan di tempat tidur dengan posisi telentang. Aku permisi duduk di bibir tempat tidur.

"Sikile Ummik disek, Nduk!"

Terjemah: (Kakinya Ummik dulu, Nduk!)

Sembari memijati beliau, aku bersiap mendengarkan cerita yang akan disampaikan bu nyai. Dan, tak lama setelah itu beliau menceritakan kembali kisah di tahun 2004 itu. Sudah ketiga kalinya aku mendengarkan cerita yang diulang sama persis bahwa di tahun 2004 bulan Agustus, putri yang dicintai beliau dicuri oleh sekelompok perusuh.

"Sampeyan kelahiran tahun piro, Nduk?"

Terjemah: (Kamu lahir tahun berapa, Nduk?)

"Tahun 2004, Bu Nyai."

"Bulane?"

"Saya Juni."

"Tsaniya Juli, Nduk. Dadi pas umure iseh sesasi."

Terjemah: (Tsaniya Juli, Nduk. Jadi ketika umurnya masih sebulan)

Aku menanggapi biasa. Mengangguk-angguk saja. Karena aku pun masih sungkan ingin bertanya-tanya.

"Nduk, cobo sampeyan pundutne foto neng njero buku neng slorokan kae, Nduk!"

Terjemah: (Nduk, coba kamu ambilkan foto di dalam buku di laci itu, Nduk)

Kubuka laci yang dimaksud. Aku memperlihatkan bukunya. Bu nyai mengangguk. Kuhadapkan buku itu kepada beliau.

Lihat selengkapnya