*POV Ibban Nizami
Selesai makan. Jamuan makan malam Bu Mini sangat mengenyangkan perutku. Terlebih sejak sebulan lalu, aku tidak mengunjungi Bu Mini. Lumayan rindu dengan masakannya.
"Mas Nizam lama tidak ke sini. Sulung nyari njenengan."
Aku hanya membalas senyum.
"Fizah di sana benar-benar sehat to, Mas?"
"Alhamdulillah sehat."
"Ibuk pengen banget sambang."
"Monggo, Bu. Saya antarkan minggu ini. Insyaallah semoga saya tidak ada acara mendadak. Fizah akan sulit pulang. Daripada njenengan ngempet kangen. Nggeh, kan?"
"Ya wislah. Semoga saja ada rejeki lebih. Bisa untuk uang sakunya Fizah dan Mbak Ratna."
"Pasti ada, Bu."
Bu Mini mengamini.
"Yang dimaksud Sulung tadi yang mana, ya? Anaknya ada, Bu?" tanya ibuk.
"Di rumah Bara. Fokus menggambar."
"Woh, iya. Tadi sudah dijawab kok Ibuk tanya lagi, yo, Zam."
"Sulung bisa nggambar?"
Bu Mini tersenyum. "Bisa, Mas Nizam. Katanya itu pesenan. Ndak tahu Ibuk. Pesen kok gambaran. Ibuk ndak mudeng."
"Lumayan, Bu, itu. Sejak kapan Sulung bisa nggambar?"
"Dari SD. Tapi, ya, namanya dasar anak pemalas. Kalau coret-coret cuma sekedarnya saja. Hobinya ndak berkembang, Mas."
"Sulung apa sudah punya HP?"
"Tidak ada, Mas. Belum ada rejeki. Sebetulnya dia juga sudah minta. Tapi, katanya tadi itu...anu Si Bara nawarkan sesuatu. Kalau mau promosi bisa numpang di HP Bara."
"Bara yang mempromosikan begitu, Bu?"
"Paling begitu maksudnya."
Tiba minggu depan. Aku menjemput Bu Mini. Sabtu sore ba'da asar. Jadwal mengajarku hanya sampai jam dua belas siang. Aku kaget setengah menahan tawa ketika melihat Bu Mini keluar dari rumah membawa satu tas besar.
"Njenengan mau ke mana, Bu?"
"Katanya mau menjenguk Fizah, Mas?"
"Enggeh, Bu. Tapi, kenapa tasnya besar begini?"
"Sambang mestinya yo ndak enak kalau cuma sehari, Mas. Ibuk, kan, bisa nginep dua tiga hari di pesantrennya Fizah. Ibuk kangen Fizah, Mas."
Aku ingin menyuruh Bu Mini mengganti dengan tas yang lebih kecil pun jadi sungkan. Tak tega melihat antusias itu.
"Ya sudah. Semoga bisa menginap, nggeh. Kalau tidak bisa bagaimana, Bu?"
"Mosok ndak bisa? Bisalah, Mas. Orang tuanya sambang kok nginep ndak boleh."