*POV Yazeed Akiki Mubarak
"Bisa kita bicara sebentar?" pinta Dokter Maher.
Aku mempersilakannya. Kami menyisih beberapa meter dari Ratna.
"Beberapa kali pertemuan aku bertemu dengannya, jujur aku sangat bersimpati dengannya. Aku menangkap sinyal-sinyal positif. Seperti yang Gus katakan waktu itu. Jika memungkinkan apa yang dia inginkan bisa dilakukan di sini, tolong lakukan. Dia belum mampu mengontrol emosinya dengan baik. Pertemuan terakhir, dia kelihatan sudah jauh lebih sehat. Tapi, malam ini aku cukup kaget. Emosinya belum stabil. Dengan dia leluasa melakukan apa yang ingin dia lakukan, itu akan sangat membantu, Gus."
"Oke. Makasih, Dok. Aku sudah merencanakan ini juga, tapi kupikir waktunya belum tepat."
"Justru masa-masa seperti ini, inpuls dari luar itu sangat berpengaruh. Pengaruhnya sangat baik. Saya khawatir jika dia nggak semakin membaik, depresinya akan bertambah berat. Itu bisa berpengaruh pada kesehatan kandungannya. Kalau belum cek kandungan, segera saja dicek bagaimana kondisinya."
"Oke siap."
"Dan aku juga ingin menawarkan sesuatu, Gus. Ya kalau Ratna bersedia, aku mau menikahinya."
"Bukannya kau sudah menikah?"
"Sebetulnya istriku sudah meninggal. Delapan bulan lalu dia dipanggil Tuhan saat melahirkan. Aku punya anak perempuan. Aku dan baby sister yang mengasuhnya."
"Timingnya nggak tepat."
"Nggak sekarang, Gus. Kalau keadaannya sudah membaik, mungkin ini bisa kita bahas lagi."
"Urungkan niatmu, Dok, jika kauingin menikahinya karena simpati."