*POV Ranaa Hafizah
Kutunggu Yazeed berbicara. Aku tidak akan memaksanya. Aku tahu dia belum sanggup. Dia masih berjuang untuk membuka mulut.
"Eh, Kang, apa ada kertas sama pen?"
"Sebentar saya belikan dulu, Mbak."
"Oh, iya."
Seharusnya orang tuanya di sini. Kenapa aku tidak melihat mereka? Belum diberitahu atau masih ada keperluan? Kondisi Yazeed terlalu lemah untuk diabaikan.
Kang Toyo kembali. Menyodoriku buku tulis dan bolpoin.
"Kang, kenapa orang tuanya nggak ke sini?"
"Sudah ke sini. Tapi, mereka memang selalu sibuk. Ada banyak undangan ceramah. Mereka tidak punya badal. Dan tidak mungkin dibatalkan. Gus Yazeed sudah biasa sendiri. Seringnya saya yang menemani, Mbak. Hanya kali ini kamu ada di sini. Terima kasih sudah datang."
"Ya karena aku juga ingin membicarakan sesuatu. Tapi, nanti saja. Kang, tolong dibantu biar Yazeed bisa nulis. Barangkali mau nyampein sesuatu."
Kang Toyo mengangguk. Dia memegangkan bolpoin itu di jari Yazeed. Dengan gerak yang masih terbata-bata, dia menulis beberapa kata. Tepatnya dua kata. Kang Toyo tersenyum sembari melirikku.
"Apa, Kang?"
Kang Toyo menunjukkannya.
Aku mencintaimu.
Dalam batin, aku tersenyum. Tapi, aku tidak tahu apakah memang seharusnya aku bahagia karena ungkapan hati Yazeed atau aku menganggap itu hanya sebagai ujianku menghafalkan Alquran. Tapi, aku tetap berusaha menyambutnya dengan senyuman. Kupandangi Yazeed sembari berkata, "Ada lagi, Yaz?"
Dia mengedip.
Aku mengambilnya setelah beberapa menit. Tulisannya lebih panjang. Aku mengejanya.
Tapi, siapa kamu sebenarnya?
Aku tercengang. "Maksudnya, Yaz?"
Meski tertatih-tatih, dia sangat berusaha membalas pertanyaanku. Dia sangat antusias. Dia menulisnya agak lama. Coretannya lebih panjang dan semakin terlihat tidak beraturan. Aku membacanya pelan-pelan.
Siapa orang tuamu? Aku tidak bisa menikahimu tanpa wali.
Dia berpikir sejauh itu? Aku sendiri tidak kepikiran. Kupikir saudaraku laki-laki atau pamanku juga sudah cukup menjadi pilihan siapa yang akan menjadi wali nikahku nanti. Apakah maksudnya dia sudah mengetahui huru-hara yang terjadi di ndalem Kiai Bahar? Apa mungkin Gus Fakhar memberitahunya soal tes DNA itu? Gus Fakhar menganggap Yazeed laki-laki yang harus tahu karena Yazeed pernah melamarku?
"Yaz, jadi kamu menganggap aku bukan anak kandung ibuku?"
Yazeed hanya menatapku.