Gadis Kolong Sampah

Kuni 'Umdatun Nasikah
Chapter #155

Di Antara

*POV Tsaniya Tabriz


Dua minggu berlalu seperti anai-anai yang diterbangkan angin. Melesat cepat setelah selama itu keluarga ndalem disibukkan dengan segala tetek bengek persiapan unduh mantu di pesantren ini. Dan, malam ini menjadi malam kedua setelah kemarin Bang Fakhar telah menghalalkan Kak Ulya sebagai istri sahnya.


Di kamar pengantin ini, aku melihat semua persiapan riasnya sejak awal. Kak Ulya menjadi sangat cantik seperti akad nikah dan walimatul 'ursy kemarin.


"Jam berapa, Dek?"


"Masih jam 6. Ba'da isya harus prepare semuanya. Kak Ulya cantik banget."


"Dek, pas kamu nikahan nanti, aku jamin kamu lebih cantik lagi. Aku ngefans dengan Ummik dari kecil. Aura dan kepintaran Ummi pasti menurun ke kamu."


Mbak perias tengah beristirahat. Duduk-duduk di lantai dan ada yang tiduran. Pengantin siap diambil gambarnya di depan dekor. Begitu pun aku yang hari ini juga dirias tipis tanpa menghilangkan kecantikan alami.


"Dek, selfi dulu." Kak Ulya langsung membidiknya setelah aku tersenyum bergaya di samping kanannya.


Tiga bidikan dengan gaya yang sama berhasil terabadikan.


"Aku kalah cantik," kata Kak Ulya.


Dia menatapku. "Dek, aku yakin Abangmu itu pria yang baik walaupun dia masih muda."


"Kak Ulya pasti sabar kan? Bang Fakhar menyayangi kita semua."


Dia mengangguk seraya merekahkan senyum.


Kak Ulya kubawa ke ruang tamu. Dia sangatlah anggun dengan gaunnya yang berwarna lylac. Sengaja dipadankan dengan warna dekorasi yang didominasi warga ungu lavender.


Tepat pukul tujuh malam unduh mantu bersiap dimulai. Dengan tidak sadar, aku mencari di mana posisi duduk Pak Nizam. Beberapa kali aku mengelilingi seluruh meja kursi yang diisi hanya sekitar dua ratus lima puluh undangan, aku tak berhasil menemukannya. Aku juga tidak sadar telah mempertanyakan ketidakhadirannya saat abah begitu mengharapkan. Dan, aku juga menduga dia tidak sampai di pesantren ini karena ada kejadian yang tidak diinginkan di jalan. Saat yang terakhir kali aku memastikannya lagi, barulah aku sadar. Ternyata aku juga mengharapkan dia datang memenuhi undangan khusus abah. Tapi, wajah yang kurindukan justru terpampang jelas di depanku. Dia muncul tiba-tiba.


Lihat selengkapnya