*POV Wardah Mustika Rahayu
Aku segera menukasnya, "Aku jujur, Mas. Ada apa, sih?"
"Tik, kamu seharusnya tahu kalau dengan memberikanku patrem itu, masalah akan muncul."
"Mas, aku sengaja mengesampingkan itu. Yang penting aku bisa ngasih kamu sesuatu. Dan sesuatu itu bagian dari yang paling berharga dari hidupku. Keris itu, Mas. Patrem yang sering ada bersamaku. Kutitipkan padamu agar nanti dia menjadi hadiah istimewa juga untuk calon istrimu."
"Tapi, apakah kamu tahu patrem itu bisa membawa dampak buruk untuk orang lain?"
"Nggak, Mas. Patrem itu nggak akan menyakiti siapa pun. Lagipula Mas Nizam kenapa jadi percaya begituan. Aku kira Mas Nizam mengabaikan itu semua."
"Bukannya aku mempercayai itu. Tapi, rasanya janggal, Tik."
"Janggal?"
"Aku bingung mau ngomong dari mana. Sebentar."
Aku membiarkannya diam sebentar saja. Aku sendiri jadi memikirkan sesuatu. Apa yang tidak aku ketahui setelah keris itu berada di tangan orang lain? Apa Nyai Sekar Wangi marah aku memberikannya pada orang lain?
"Biarkan aku yang nanya. Apa ada kejadian, Mas, habis aku ngasih patrem itu ke kamu?"
"Beberapa hari setelah patrem kuberikan pada seorang perempuan, perempuan itu meninggal. Tapi, dia diagnosis tekanan darah tinggi dan punya penyakit paru-paru. Sebetulnya bukan itu yang aku permasalahkan. Soal itu, aku menganggapnya memang murni karena penyakit terlepas dari penyebab yang sebenarnya, yang nggak tahu ketahui, Tik.
"Terus terus?"
"Keris itu sempat berada di tangan Kiai. Beliau pengasuh pesantren Al-Furqan Magetan."
"Artinya Mas Nizam melamar putri Kiai itu?"
"Ya. Tapi, setelah itu Kiai memberikanku amanat agar mengembalikannya. Entah Abah tahu dari mana. Abah juga tahu nama patrem itu Nyai Sekar Wangi. Betul?"
Aku terkejut mendengar itu. "Kok bisa? Aku nggak ngasih tahu ke kamu, Mas."
"Itu di luar kuasa kita sebagai orang awam. Aku hanya bisa menduga Abah mendapatkan isyarah."
"Memang, Mas. Aku sempat perang dengan Bapak. Ini kali pertamanya Bapak sangat marah. Marah besar. Bapak tahu patrem itu tidak lagi bersamaku. Tapi, aku tahu Bapak akan lebih marah besar padamu, Mas, kalau aku ngasih tahu kamulah orang yang memegangnya. Lalu, akhir-akhir ini Bapak sering bertemu dengan dua orang. Mereka membicarakan keris. Keris Nyai Sekar Wangi dan keris Brojomukti."
"Apa hubungannya?"
"Aku masih ingat. Dulu ada pria datang ke rumah memohon kepada Bapak agar diberikan keris. Keris perlindungan. Sebelum Bapak tahu patremku tidak ada di tanganku, mereka sudah bertemu sebelumnya. Aku kalau nguping biasanya setengah-setengah, Mas. Tapi, kalau nggak salah dia ingin membalaskan dendam pada seseorang. Dia punya misi untuk mencelakai seorang perempuan. Entah apa kaitannya keris Brojomukti, Nyai Sekar Wangi, dan perempuan itu. Tapi, seakan-akan ketiganya saling berkaitan."