"POV Fakharuddin Akhyar Al-Ameen
Begitu juga di Sarangan. Hampir satu jam kami berkeliling, bahkan Ulya juga sempat membeli cemilan dan pernak-pernik, tapi Niya juga tidak kutemukan. Aku mengira dia di perahu atau naik kuda sendirian, ternyata juga tidak. Aku meminta Ulya agar menemaniku keliling sekali lagi, tapi dia mengeluh panas. Baju yang dia kenalan sekarang hitam dan kainnya memang tidak terlalu nyaman dipakai, katanya. Kubiarkan dia duduk-duduk di bawah tempat yang teduh. Aku mencari Niya sekali lagi.
Sampai akhirnya aku sudah menyerah. Tempat semakin ramai dan aku semakin kesulitan melihat satu per satu orang yang berlalu lalang. Aku selalu terkecoh oleh perempuan yang bertubuh setinggi Niya dengan pakaian yang seingatku pernah dipakainya. Kuputuskan mencari di tempat lain.
"Ke mana lagi, Mas?"
"Atau kamu pulang aja kalau capek?"
"Tapi, masak njenengan pergi sendirian."
"Ya nggak apa-apa. Ya sudah aku antar kamu pulang."
"Nggak nggak. Aku tetap ikut. Aku nggak tega njenengan nyari sendiri begini. Kita cari sama-sama sampai ketemu."
"Eh, sebentar."
Teleponku berdering.
📞"Assalamu'alaikum gimana?"
📞"Wa'alaikumussalam. Sudah ketemu belum? Aku bantu cari."
📞"Nggak perlu. Aku makasih."
📞"Aku mau memastikan juga dia tidak kenapa-kenapa."
Nadanya terlalu serius. Aku akhirnya membiarkannya ikut mencari.
📞"Aku cari di Telaga, Salon, tapi nihil. Ada usul ke mana gitu?"
📞"Ada masalah apa sampai dia keluar tidak pamitan?" Dia langsung mengarah pada topik itu.
Aku sendiri tidak berpikir Niya pergi karena sedang ada masalah di rumah. Semua masalahnya sudah selesai.
📞"Nggak ada masalah sama sekali."
📞"Nggak. Aku yakin dia pergi karena dia nggak tentram di rumah."
📞"Tapi, ya memang nggak ada masalah apa-apa di rumah."
"Sudah. Kok jadi nggontok-nggontok (berkata dengan tenaga) gitu," ucap Ulya sembari mengelus lenganku.
📞"Posisi di mana?"
📞"Masih di telaga. Kita ketemu di depan gerbang loket."
📞"Oke. Aku ke sana sekarang."
Sekitar lima menit Mas Yazeed datang sendirian naik ojek online.
Dia mengetuk kaca mobil. Aku persilakan dia masuk.
Brek! Pintu ditutup.
"Kok bisa sampai seperti ini?" Dia menunjukkan wajah serius.
"Aku tidak tahu. Dia pergi tanpa sepengetahuan orang-orang."