*POV Tsaniya Tabriz
Semua undangan telah pulang. Mereka memberikan salam, doa, dan nasihat terbaik untuk keberlangsungan rumah tangga kami nantinya. Sementara, para kiai, bu nyai, para gus dan ning, masih berfoto-foto. Dan, begitu juga mereka memberikan doa terbaiknya. Sebagian ning yang belum menikah, minta didoakan agar bisa segera menyusul dan mendapatkan berkah dengan diadakannya walimahan malam ini.
Aku melirik Yazeed yang berdiri di paling ujung mengantre orang-orang bersalaman. Dia memperbaiki ekspresinya beberapa kali. Kelihatannya agak gugup. Aku tak sempat menatapnya terlalu lama. Aku sendiri harus selalu menyediakan senyum lebar untuk orang-orang yang tengah menyalamiku.
Begitu giliran Yazeed yang ada di hadapanku, kami sempat terbengong. Aku tidak tahu bagaimana caranya memulai bicara. Juga setengah menunggunya memulai lebih dulu. Mas Nizam pun malah menyingkir. Menepuk pundakku seraya menunjuk ke arah tempat meja prasmanan. Aku menunduk sebentar.
"Aku...."
Kami tertawa. Pasalnya kami justru mengucapkannya bersamaan. Aku memberinya senyum. Dia pun begitu, tapi masih terlihat kaku dan dibuat-buat. Aku menunggunya bicara.
"Kamu aja dulu."
"Enggak, Yaz. Kamu saja."
"Kamu, Ning."
"Tumben panggil aku begitu?"
Panggilan yang terdengar aneh jika dia yang memanggil. Aku setengah menertawakannya.
"Ya nggak apa-apa. Sudah seharusnya aku memanggilmu begitu, kan?"
Aku seperti tidak sedang berbicara dengan Yazeed. Sikapnya sekarang jauh lebih hangat. Suaranya melembut. Tidak seperti saat dia membujukku pulang malam itu di rumah ibuk.
"Tapi, kan, aku tetap panggil kamu Yaz."
"Nggak apa-apa. Kauboleh memanggilku dengan panggilan apa pun. Sesukamu."
"Yaz, jika memang salahku ke kamu sangat banyak, aku minta maaf, ya."
"Malam ini kamu luar biasa.."
"Hmmm?" Alisku terangkat.
"Oh, nggak nggak. Kau dan Nizam. Kalian sukses membuat semua orang terpesona."
Kenapa dia justru mengalihkan pembicaraan? Barusan dia mengabaikan permintaan maafku. Aku tidak mengulanginya lagi. Siapa tahu dia memang tidak ingin membahas apa-apa yang mengungkit perasaan kami di masa lalu.