*POV Ibban Nizami
"Ning, kamu telat berapa hari?"
Dia mengusap mulutnya. "Ha telat apa to, Mas?"
"Mens."
"Telat haid?" Wajahnya berubah antusias. Bola matanya berkilau terkena cahaya matahari. Dia mengingatnya. Menggerakkan jari-jarinya. Karena tidak yakin, dia menghitung ulang. Setengah meragukan ingatannya sendiri.
"Berapa hari?"
"Aku nggak yakin, Mas. Kok aku bisa lupa, ya. Tapi kayaknya sudah sebelas hari, Mas."
"Telat selama itu kok kamu bisa nggak sadar?"
"Akhir-akhir ini kita sibuk kan, Mas."
"Ya sudah kamu di sini dulu. Aku beli test pack."
"Nggak, Mas. Di rumah masih ada kok."
"Nggak nggak. Kelamaan nunggu di rumah." Aku tidak sabar.
Aku membeli dua test pack beda beda jenis dan merk. Aku mengantarkannya ke kamar mandi. Semoga saja dugaanku memang benar. Aku sudah lama menantikan momen ini.
"Ya Allah, jika hari ini adalah waktu yang telah Engkau janjikan setelah kesabaran kami." Aku menantinya dengan gusar.
Kuketuk pintu. Dia tidak menjawab.
"Ning, kamu nggak malah pingsan di dalam kan?"
Tak ada jawaban.
"Ning?" Kuketuk dua kali.
Sepi.
"Ning, jawab aku. Aku nggak bisa mendobrak. Ini kamar mandi wanita. Kamu baik-baik saja kan?" Aku mengerahkan suaraku.
Perempuan yang baru keluar dari kamar mandi sebelah seketika menatapku sinis.
"Ning?"