Gadis Merah

Andam Aulia
Chapter #8

Berita yang Sengaja Disembunyikan


Setelah penemuan menghebohkan itu, semua anak langsung ribut lagi. Mereka berdebat sambil bisik-bisik, khawatir terdengar sampai ke luar.

Petra ingin membawa koran itu untuk menyelidiki lebih lanjut karena ini adalah penemuan penting.

“Jangan, bego! Bu Hana pasti sadar ntar!” Wendra langsung mendampratnya tanpa tedeng aling-aling.

“Terus mau gimana? Ditelen gitu?” balas Petra pedas.

“Ya pokoknya jangan dibawa pulang!” Wendra bersikeras. Seperti biasa dia hanya menolak saran orang lain tanpa memberi masukan. Petra langsung sebal mendengar jawaban asalnya. Dia sudah mau membalas ketika Juna buru-buru mengunterupsi.

“Cepetan woy, kita ribut-ribut begini ngabisin waktu aja, tahu!” desaknya jengkel. Dia sudah penasaran setengah mati dengan rahasia apa yang disembunyikan dalam koran itu dan ingin membacanya sesegera mungkin.

 “Gimana kalo kita baca di sini aja! Kan jadinya nggak perlu ribet!” tambah Zevania, berusaha memberi solusi.

 “Beritanya panjang dan banyak! Dan lima menit lagi kita masuk! Masa iya besok kita mau ke sini lagi? Iya kalo korannya masih ada di sini. Kita beruntung Bu Hana nggak sembunyiin di tempat lain!” balas Petra panjang lebar, memberi alasan yang sangat masuk akal. Dia langsung menunjuk artikel di depan mereka. Zevania langsung diam dan merasa usulnya sia-sia. Anak-anak lainnya juga jadi diam.

“Wah iya juga sih. Bisa-bisa abis ini korannya disembunyiin di tempat lain lagi. Ntar jadi mustahil kita bisa nemu. Ini aja nemunya karena kebetulan,” desah Kiran. Dia menopang wajah dengan muram.

“Terus gimana dong?” tanya Windy bingung. Dia memandang jam dinding berkali-kali, waktu mereka sudah terbuang banyak.

“Kita foto kopi? Ada mesin foto kopi kan di sini?” usul Juna.

“Gimana bisa foto kopi, Bu Hana nunggu di luar dan dia yang operasiin mesinnya!” balas Wendra segera, kembali protes tapi tidak memberi jalan keluar.

“Oh iya lupa,” kata Juna segera, lalu meringis.

“Omong-omong dari tadi protes mulu, kasih masukan gih!” dampratnya segera, memelototi Wendra.

“Hei kita foto aja gimana? Pake HP siapa gitu,” usul Kiran segera, langsung mencium adanya bau-bau bibit perkelahian dan buru-buru mengalihkan perhatian. Semua anak langsung menatapnya dengan kaget.

“Eh iya ya, ide bagus! Kok nggak kepikiran sih!” seru Wendra. Dia lalu mengacungkan dua jempolnya.

“Ide bagus. Yuk cepetan,” kata Petra senang. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu mulai memotret artikel di depannya. Proses itu memakan waktu sekitar dua menit karena artikelnya panjang dan dia harus memotret dalam jarak yang memungkinkannya tetap terbaca walaupun fotonya diperbesar.

“Sip beres. Udah difoto semua. Kita keluar,” katanya. Teman-temannya mengangguk. Juna lalu mengembalikan koran itu di tempatnya semula, tertempel di bagian belakang lemari. Dengan hati-hati dia berusaha agar koran itu melekat sama seperti sebelumnya sehingga Bu Hana mengira koran itu tak pernah diambil dari sana.

***

Semua orang tidak sabar menunggu waktu pulang sekolah. Mereka ingin secepatnya membaca artikel koran yang baru saja mereka temukan. Setelah bel berbunyi, semua orang langsung berkumpul, mengelilingi Petra.

Lihat selengkapnya