Semua orang, setelah membaca kata-kata Petra langsung melongo.
“Hah?” Juna langsung mengernyit. Dia membaca pesan itu berulang kali, siapa tahu salah baca.
Beberapa saat kemudian anak-anak baru sadar dari rasa kaget.
“Maksudnya apaan sih!” seru Zevania. Dia memandang pesan dari Petra dengan kening berkerut.
“Buat apa dia perlu ke sana segala? Filmnya kan udah kelar!” tambahnya mulai marah-marah. Dia sebenarnya lebih merasa kaget dan cemas alih-alih marah. Dia tidak menyangka tiba-tiba akan mendapat kejutan seperti itu setelah semua proses film selesai.
“Astaga, Petra nekat amat sih!” Wendra langsung meledak.
“Kita nggak perlu sampai masuk ke sana segala, ngapain?” Windy yang jarang terlihat jengkel kini seolah ingin melempar ponselnya saking kesalnya. Sebenarnya dia terlalu kaget, hanya saja efeknya dua kali lebih besar daripada biasanya. Dia juga merasa ngeri karena Petra tiba-tiba memikirkan ide sesinting itu untuk masuk kamar mandi tempat bunuh diri Miranda.
“Di saat kayak gini? Dia mikir apa sih, astaga.” Windy langsung berdiri dan mulai berjalan berputar-putar, panik luar biasa.
“Si bego itu,” Juna terlihat geram.
“Mungkin dia nemu sesuatu?” tanya Kiran, mencoba mencari alasan yang masuk akal, menatap teman-temannya yang sedang emosi. Dia tahu Petra tidak akan melakukan tindakan seceroboh itu bahkan kalau terpaksa.
“Nemu sesuatu tentang cerita itu lagi? Dan dia mutusin buat nyelidiki lagi dengan pergi ke kamar mandi?” kata Wendra lambat-lambat, terlihat emosi.
“Bisa jadi,” balas Juna pelan. Kemarahannya langsung surut dan berganti rasa khawatir.
“Tapi itu kamar mandi terlarang Kir. Itu pernah jadi tempat bunuh diri. Itu tempat yang nggak seharusnya didatangin lagi oleh siapa pun,” katanya pelan.
Kiran langsung mendesah.
“Iya aku tahu.”
Kamar mandi itu memang tak pernah menjadi tempat yang aman sejak penemuan Miranda yang bunuh diri. Selalu ada kejadian aneh dan menyeramkan di sana. Sangat nggak layak masuk ke sana bahkan demi sebuah proyek film pendek. Dalam hati Kiran menyumpah-nyumpah juga pada Petra. Petra benar-benar mengambil jalan yang terlalu jauh kalau dia melakukan hal sebodoh itu demi film mereka.
“Tapi kenapa dia nggak bilang kita dulu sih? Malah langsung ke sana? Ini nggak khas Petra sama sekali,” kata Kiran.
“Dia emang jarang impulsif sih,” Wendra menggigit bibirnya, mulai khawatir.
“Kalo gitu caranya dia ambil resiko terlalu besar, sampai nekat masuk ke sana segala!” kata Juna mulai kelihatan panik.
“Gimana pun, ini nggak sebanding sama kebenarannya, itu tempat yang bener-bener terkutuk lho!” tambahnya histeris.