Gadis Neraka [Manusia] Laki-laki Malaikat

AniAliRes
Chapter #2

LURRA : DUA EKSISTENSI ILAHI

"Lurra, ada temanmu yang jemput!"

Aku langsung memakai sepatu dengan terburu-buru karena Dirua sudah datang.

"Dirua...Kalian!"

"Selamat pagi Lurra!" Angelus tersenyum kepadaku.

"Ibu tidak pernah tahu jika kamu berteman dengan mereka berdua. Awalnya Ibu pikir yang datang tadi adalah Dirua."

"Kami berdua teman barunya Tuan Lurra, Nyonya!"

"Cara bicara kamu aneh tetapi sangat sopan." puji Ibuku.

Di samping Angelus, Gehenna berdiam diri sambil menampilkan wajah datarnya.

"Hati-hati di jalan!"

"Iya!"

Aku memastikan jika kami bertiga sudah jauh dari rumah, lalu melihat mereka berdua dengan tatapan tajam.

"Ada apa dengan kalian?! Mengapa kalian juga memakai baju sekolah?"

"Saya ingin ikut kamu bersekolah. Saya ingin tahu apa yang tidak saya tahu tentang kamu."

"Saya juga di sini untuk menjaga Tuan Lurra baik-baik saja dari Jiwa Neraka. Pelayan setia Tuhan yang lainnya memerintahkan saya untuk mengawasi sang Jiwa Neraka."

'Aku tiba-tiba merasa lelah.'

Tadi malam saat berbicara dengan mereka, aku ketiduran. Ketika pagi tiba mereka semua sudah tidak ada. Aku berpikir jika mereka sudah pergi. Kak Skia juga tidak mengingat apa-apa.

"Saya akan selalu mengikuti kamu walaupun kamu menolaknya." ucap Gehenna dengan nada suaranya yang selalu datar.

"Astaga, aku merasa pusing sekarang!"

"Apakah Tuan Lurra sakit?" tanya Angelus dengan nada khawatir. Aku menggeleng sebagai jawaban.

"Tolong panggil saya Lurra saja! Begitu juga dengan memanggil Gehenna, dan bukan jiwa Neraka. Untuk Gehenna juga sama. Kalian berdua sekarang memiliki nama, pakailah nama itu! Ini perintah saya sebagai manusia!"

"Baik, Lurra!" Angelus menatapku dengan tatapan berbinar.

"Lurra." gumam Gehenna.

"Namun untuk orang yang lebih tua dari kita, baru boleh untuk berkata seperti itu. Mari kita anggap jika kita semua sudah berteman! Jadi, gunakanlah bahasa yang santai sehingga saya juga tidak perlu berbicara secara formal."

"Saya akan melakukannya dengan baik!" Angelus berteriak semangat, sedangkan Gehenna hanya menatapku.

Di sepanjang jalan, aku hanya menunduk malu ketika Angelus bertingkah seperti anak-anak yang penasaran dengan ini dan itu. Sedangkan Gehenna hanya diam. Banyak orang yang memperhatikan kami karena penampilan mereka yang cantik.

Ketika sampai di sekolah pun, semuanya menatap kami. 

"Kamu datang sangat lama!" ucap Dirua, "Siapa mereka?"

"Saya adalah siswa baru di sini." jawab Angelus.

"Saya hanya mengikuti Lurra."

"Jadi kalian dua anak baru itu." 

"Selamat pagi Kak Agraita!" aku langsung memasang wajah polos.

"Selamat pagi juga Lurra. Tadi aku dapat info dari guru kalau ada dua murid baru di kelas kamu."

"Saya Angelus!"

"Saya sendiri Agraita! Kalau kamu...," kami semua menatap Gehenna yang diam.

"Dia Gehenna!" ucapku dengan cepat karena Gehenna tidak menunjukkan tanda-tanda akan merespon. Kak Agraita mengangguk dengan tersenyum.

"Aku sedikit bingung, mengapa bisa ada dua anak baru masuk sedangkan di kelas kita sudah penuh?"

"Itu karena di kelas ini juga ada dua murid yang pindah sekolah."

Aku melihat mereka berdua atas jawaban Kak Agraita. Angelus langsung menengok ke Gehenna. Gehenna hanya diam. Seharusnya aku langsung menyadari apa yang terjadi.

"Apa ini!"

Dirua marah karena tempat duduk kami dimajukan, yang tadinya paling belakang malah jadi barisan ketiga.

"Mengapa tidak mereka berdua saja yang duduk di sini? Mengapa harus kami yang di pindahkan?!"

"Sudah, mari kita mengalah!"

"Tidak! Aku tetap ingin di belakang!" Dirua tetap berpegang teguh pendiriannya.

"Pukul saja mereka berdua! Aku akan mendukungmu!" seru Irarrea, sedangkan yang lain menyuruh kami untuk mengalah.

"Saya ingin duduk di sini. Biarkan lah saya duduk di sini!" ucap Gehenna.

Sedetik kemudian Dirua langsung duduk di tempat yang baru. Aku menatap Gehenna namun dia terlihat acuh.

"Apa yang terjadi denganmu? Kemana sikap angkuhmu tadi?" tanya Irarrea, dia mulai mengejek Dirua. Dirua hanya menatap Irarrea sinis.

"Jangan terus memakai kekuatan kalian seenaknya!" bisikku kepada mereka.

"Mengapa? Ini adalah kekuatan saya. Saya berhak melakukan semau saya."

Lihat selengkapnya