"Kemarin malam kamu berbohong lagi tentang dia yang kamu bawa." ucap Gehenna yang sudah memulai perdebatan dengan Angelus pagi-pagi.
"Manusia akan sulit hidup jika tidak berbohong tetapi aku juga sering mengatakan kejujuran. Jadi Angelus, berhentilah menanggapi perkataan Gehenna! Jadilah orang yang tenang." Angelus langsung diam, "Apakah tanganmu baik-baik saja?"
"Penyembuhannya mungkin akan lama tetapi saya baik-baik saja."
Beruntungnya luka yang hitam itu tersembunyi oleh seragam sekolah. Mungkin aku akan memakaikan baju lengan panjang kepada Angelus sampai dia luka hitam itu menghilang.
Untuk kejadian tadi malam, suara kami tidak dapat didengar oleh Ibu dan Kak Skia. Angelus sekarang mulai memakai pakaianku, ia juga memakai seragam sekolahku yang lama karena seragam miliknya sedang dicuci.
Aku memandang lama luka hitam Angelus, "Apakah rasanya seperti luka bakar?"
"Saya tidak tahu seperti apa luka bakar tetapi jika itu adalah luka yang muncul karena suatu pembakaran, mungkin iya."
'Itu pasti sangat sakit!'
Aku mengingat tanganku yang pernah tertindih oleh setrika ketika Ibu sedang menggosok, ataupun ketika aku terkena minyak panas saat sedang menggoreng telur.
"Mengapa bisa menjadi seperti itu?"
"Kami dan para makhluk dari neraka tidak boleh bersentuhan karena energi kami saling bertolak belakang. Jika kita bersentuhan maka siapa yang memiliki energi paling sedikit, dia lah yang akan terluka."
"Hasilnya saya lebih kuat. Para pelayan setia Tuhan itu lemah."
"Abaikan saja dia! Kamu malaikat yang masih sangat muda, bukan? Tidak apa-apa, kamu masih memiliki banyak waktu untuk belajar dibandingkan Gehenna yang sudah tua." sekarang aku lebih mendukung Angelus.
"Di tempat saya, makhluk yang paling muda adalah yang terlemah." Gehenna mulai memprovokasi Angelus, "Jika kamu ingin dirimu baik-baik saja, kembalilah ke tempatmu! Lalu kamu boleh datang ke sini lagi."
"Saya tidak mau! Saya tahu bahwa Gehenna pasti mempunyai sebuah rencana untuk Lurra. Saya akan tetap di sini!"
"Lebih baik pergi saja ke tempatmu sebentar agar kamu mendapatkan perawatan dan juga bantuan untuk orang ini!" aku menunjuk Gehenna.
"Saya tetap tidak percaya jika Lurra ditinggalkan berdua dengan Gehenna!"
Aku sadar bahwa Gehenna sengaja membuat Angelus agar lebih curiga kepadanya agar kekuatan Angelus semakin lemah. Aku juga heran, dari yang aku tahu malaikat lah yang paling tenang dibanding iblis namun sekarang seperti terbalik.
"Apakah luka itu akan cepat sembuh dengan sesuatu yang baik?"
Angelus terlihat kebingungan, Gehenna juga menatapku, "Saya tidak tahu apa yang Lurra maksud?"
"Abaikan saja!"
Aku menepuk-nepuk pipiku lalu memasang senyuman lebar. Melihat Kak Skia yang sedang membantu Ibu untuk memasak, aku menyiapkan wajah terbaik.
"Selamat pagi!" kataku dengan nada yang ceria.
"Apa yang kamu inginkan?" Kak Skia mulai memasang wajah kesal.
"Aku hanya menyapa kalian saja." aku masih tetap menjawab dengan senyuman. Angelus terlihat bingung. Aku yakin jika Gehenna juga dapat mendengar omonganku.
"Ada apa dengan anak ini?!"
"Wah, masakan Ibu sangat enak! Apakah tugas kuliah Kak Skia sudah beres semua?"
"Ibu sangat senang dipuji."
"Ibu jangan termakan jebakannya! Dia pasti sedang merencanakan sesuatu?" Kak Skia menjadi panik
Aku diam-diam tersenyum penuh kemenangan. Aura Ibu mulai mengeluarkan warna merah muda, tinggal menunggu Kak Skia sebentar lagi.
"Mengapa? Apakah aku enggak boleh memuji?"
"Wajah polosnya itu sangat menipu!" Kak Skia menatapku, "Tidak, aku tidak boleh melihatnya!"
"Heung?"
"Sial, jantungku!" kakak mulai mengumpat.
"Mereka," Angelus mulai melihatku.
Selanjutnya yang terjadi adalah aku diberi uang jajan lebih oleh Kak Skia.
"Hati-hati di jalan ya, adikku tercinta!" Kak Skia tidak hentinya mencubit pipiku, "Kamu lucu banget sih!"
Aku tertawa kecil, "Aku pergi dulu!"
Kak Skia dan Ibu tersenyum padaku dengan ekspresi berbunga-bunga. Ketika pintu tertutup, aku mendesah dengan kasar. Pipiku sangat sakit dan mulutku menjadi kaku karena terus tersenyum.
"Lurra," wajah Angelus terlihat sangat bahagia, dia seperti anak anjing yang sedang mengibas-ngibaskan ekornya.
"Kamu mendapat terlalu banyak cinta." gumam Gehenna.
"Angelus, mau kah kamu menebarkan banyak cinta? Tetapi tidak mengeluarkan kekuatanmu. Cukup dengan kata-kata manis, senyuman polos, dan wajah yang ceria!"
"Tentu saja!" Angelus mengangguk dengan semangat.
Aku membelai rambut Angelus layaknya anak anjing, "Hoho anak pintar!"
"Selamat pagi Bibi."
"Semoga harimu menyenangkan Paman."