Gehenna memang sedang tidak ada di sisiku sehingga akhirnya hidupku bebas kembali tetapi entah mengapa aku malah memilih untuk menemani Angelus yang sedang melakukan kegiatan ekskulnya. Beruntungnya aku tidak di sini sendirian. Aku tidak tahu kemana Gehenna pergi. Dia hanya mengatakan jika ada urusan yang harus diselesaikan.
"Mengapa kita seperti orang tua yang sedang melihat anaknya bermain?!" Dirua berdiri dengan kesal.
"Kalau begitu pulang sana!"
"Memang siapa yang membutuhkanmu di sini!"
"Kami tidak peduli apakah kamu di sini atau tidak!"
Anak-anak kelas yang tidak pulang mulai menghina Dirua kembali. Dirua terlihat terdiam lalu duduk kembali.
"Lebih baik kamu diam saja!" Alferra menepuk-nepuk pundak Dirua. Alferra sendiri tetap berada di sini karena Dirua juga di sini.
Alferra tidak menyukai Dirua, tetapi dia menyukai uangnya. Berkat Dirua kami tidak kehausan atau kelaparan, bahkan kami juga tidak kepanasan dan duduk dengan nyaman di karpet mahal milik Dirua.
"Aku sangat senang karena mereka latihan di luar, tidak berada di dalam ruangan!" seru seorang perempuan.
Yah, tadinya latihan tersebut ingin di dalam ruangan tetapi tiba-tiba berganti karena pemegang kunci ruangan itu tidak masuk dan lupa memberikan kunci tersebut kepada teman ekskulnya. Mungkin yang lain akan kecewa karena tidak dapat melihat Angelus jika mereka benar-benar latihan di dalam ruangan.
"Angelus terlihat seperti boneka hidup di bawah sinar matahari!"
"Senyumannya bahkan mengalahkan panasnya matahari!"
"Aku seperti telah melihat malaikat!"
'Dia memang malaikat, bodoh!'
Aku mendengar setiap ucapan yang dikeluarkan orang-orang. Aura di sini juga langsung berubah menjadi merah muda. Entah mengapa anak-anak kelas lain juga ada beberapa yang tidak pulang dan malah melihat Angelus, rata-rata itu adalah para perempuan. Yang sedari tadi terus mengungkapkan kata-kata pujian untuk Angelus.
"Siapa saja tolong seka keringatnya Angelus! Soalnya tanganku gemetar ingin menyeka keringatnya!"
Anak kelas kami langsung meneriaki seorang siswi yang berasal dari kelas lain.
"Jangan pernah sentuh Angelus dengan tangan kotormu!"
"Kau saja sangat jelek, bahkan lebih jelek dariku! Mungkin Angelus akan takut ketika melihat wajahmu!"
'Mengapa teman sekelasku sekarang sering mencela seseorang?'
"Jangan karena kalian sekelas dengannya, kalian bisa melarang kepada siapa Angelus berteman!"
"Karena kedatangan Gehenna dan Angelus kalian menjadi berlagak sombong!"
"Oh tidak, kelas lain sepertinya sangat iri~" ucap Mistira selaku orang yang paling depan dalam mencela seseorang.
Keributan dengan kelas lain tidak terelakkan. Aku sendiri bingung harus melakukan apa. Ketika melihat Alferra, dia sudah tergeletak tidur, Dirua sibuk bermain game di ponselnya, sedangkan Irarrea memilih makan. Sebenarnya bertengkar menggunakan mulut bukanlah gaya Irarrea, makanya dia diam saja.
Dengan melihat keadaan sekitar, aku putuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Aku memilih untuk tidur, lagipula ketika aku melihat kegiatan ekskul itu hanya sekitar berdiskusi saja dengan Angelus yang mendengarkan dengan baik.
"Saya yakin bahwa Anda akan datang ke sini." ucap Gehenna.
"Saya hanya lewat saja." balas perempuan tersebut yang berjalan melewati Gehenna.
Gehenna tetap tidak mengalihkan pandangannya. Dari gerbang sekolah, dia melihat orang-orang sekelasnya bertengkar hanya karena Angelus.
"Apakah kamu yakin, Bidia? Apa kamu tidak ingin mengetahui rahasia Laderra? Setiap orang pasti memiliki rahasia dalam kecantikan mereka, bukan?"
Bidia berbalik melihat Gehenna yang masih memperhatikan teman sekelasnya, "Memangnya apa rahasia itu?!"
"Laderra mempunyai sesuatu yang dapat menyerap kecantikan wanita lain untuk dirinya."
Bidia mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu?"
"Kecantikan Laderra sebenarnya biasa saja tetapi dia melakukan suatu perjanjian dengan makhluk yang seharusnya tidak boleh terikat dengan garis takdir seorang manusia."
"Bagaimana kamu tahu tentang itu?" Bidia menatap tajam Gehenna.
Selanjutnya yang terjadi adalah Bidia terkejut dengan pikirannya sendiri. Penampilan Gehenna yang seperti tidak memiliki warna, ekspresi datar, dan sikap kakunya. Itu patut dijadikan sebagai bukti jika Gehenna dapat mengetahui sesuatu yang tidak diketahui manusia lainnya.
"Lalu apa yang harus dilakukan?"
"Mari kita lakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kecantikan buatan merupakan salah satu kecurangan. Apa kamu tidak ingin menunjukkan kepada orang-orang yang memuja Laderra jika dia adalah seorang pembohong?"
"Aku ingin semua orang mengetahui kebenarannya!" seru Bidia, dapat dilihat bahwa dia sangat-sangat ingin melakukannya.
"Tetapi menurut yang saya tahu, dikatakan bahwa perjanjian seperti itu tidak dapat diputuskan. Harus ada seseorang yang menggantikannya."
Bidia terlihat menggigit bibirnya. Gehenna mulai tampak memperhatikannya yang sedang berpikir keras.
"Biar saya saja yang menggantikannya! Saya juga siap untuk menanggung semua resiko untuk mengungkap kebenaran ini!"
Gehenna memiringkan kepalanya, "Itu keputusan yang sangat bagus. Kamu sendiri sebenarnya cantik. Buktinya kamu berada berada di kelompok itu walaupun hanya dijadikan sebagai pesuruh." Gehenna tersenyum cerah kepada Bidia.
Siang itu di gerbang sekolah terdapat dua perempuan yang sedang membuat kesepakatan.