Angelus terlihat murung karena dia nanti akan pulang sendiri. Kakak kelas dalam ekskulnya mengatakan bahwa teman-temannya tidak boleh menungguinya karena dapat mengganggu banyak orang. Angelus takut bahwa dia akan tersesat kembali.
"Jangan takut, tinggal lewati saja jalan yang sering kita lewati!" ucapku untuk menenangkan Angelus.
"Ini semua gara-gara mereka karena melarang kita untuk melihatnya!" gerutu Mistira.
"Tetapi mereka benar juga. Keberadaan kita cukup mengganggu banyak orang."
Mistira berdecak kesal. Aku memang mencoba menenangkan banyak orang agar tidak terjadi aksi kekerasan di sekolah. Tetapi sebenarnya aku sendiri khawatir karena nantinya aku akan berdua saja dengan Gehenna. Apalagi dari tadi dia terus-terusan menatapku.
"Itu sebenarnya ide bagus! Kita juga harus meninggalkan Angelus. Biarkanlah dia fokus dengan latihannya." sahut Dirua, yang membuat hatiku terenyuh karena aku tidak perlu membuang ludah lebih banyak untuk menjelaskan ini dan itu kepada anak kelas.
Sungguh adanya Angelus di sini juga merepotkan, bahkan terkadang lebih merepotkan dari Gehenna. Beruntungnya aku masih bisa menjaga kewarasan dalam bertindak dibanding banyak orang yang sudah terhipnotis dengan Angelus.
"Angelus,"
"Iya, ada apa Lurra?"
"Apa kamu masih menggunakan kekuatanmu untuk membahagiakan banyak orang?" lama-kelamaan aku penasaran mengapa mereka semua sampai ingin melakukan tindak kekerasan hanya gara-gara melihat Angelus bersedih.
"Saya tidak pernah menggunakan kekuatan saya secara sembarangan lagi sejak Lurra melarang saya. Apakah saya melakukan kesalahan sesuatu?" tanya Angelus dengan lirih.
"Tidak, aku hanya menanyakannya saja." aku termenung, dan Angelus melihatku dengan heran.
"Gehenna,"
Gehenna langsung menengok ke arahku. Kami berdua sekarang sedang pulang berdua saja.
"Mengapa semua orang seperti terhipnotis dengan Angelus?"
"Itu memang sudah sifatnya manusia sebagai makhluk yang dapat menjadi kebajikan atau keburukan, atau bahkan keduanya. Tetapi pada dasarnya manusia selalu menyukai hal yang baik."
"Jadi semua orang menyukai Angelus memang murni dari diri sendiri?"
"Bukankah kamu juga terkadang menjadi seperti itu? Saya memakluminya karena kamu juga adalah seorang manusia."
Aku tersenyum dengan canggung. Sungguh berdua saja bersama Gehenna dapat membuat ketahanan psikis ku rusak.
"Berbanding terbalik dengan manusia yang selalu membenci monster dan iblis karena mereka jahat. Tetapi manusia akan dengan mudahnya berubah jika manusia merasa menjadi seperti mereka. Entah karena putus asa, amarah, kesedihan, ataupun nafsu. Semakin lama dunia ini berjalan, semakin banyak yang menganggap bahwa diri mereka sendiri seperti monster yang menyeramkan ataupun iblis yang jahat." jelas Gehenna.
Angin menerbangkan rambutnya yang panjang. Rambutnya tergerai dengan indah. Aku langsung menyingkirkan pemikiran itu. Ini seperti adegan klise dalam film.