Gadis Pelarian

Rosidawati
Chapter #2

#2 Sama sama sembunyi

Saat tangan Aini berusaha memadamkan daun yang menempel di baju bagian atas mata kakinya, tiba tiba melompat seseorang dari atas pohon di sebelahnya.

 Berdiri sosok tinggi di depannya.     Tercekat dan takut membuat Aini nekad untuk lari menghindar, walau tak yakin bisa terlepas dari pemuda itu.

Tapi paling tidak sebuah usaha harus dilakukan. 

."Manusia wajib berusaha sekuat kemampuan diri..." Aini selalu kagum pada ibunya yang terus memberinya semangat.

 Satu dua tiga.

 Baru saja satu kakinya terangkat , pada hitungan ketiga tapi tertahan oleh pegangan tangan pemuda yang kini menatapnya lekat dalam remang cahaya. 

 "Tunggu..."

 Nanar Aini mencoba menatap sosok tegap yang berdiri di hadapannya. Dalam suasana gelap tentu ia tak bisa melihat jelas raut muka pemuda yang masih mencekal tangannya. 

Dadanya berdegup keras. Tangannya yang masih dipegang erat pemuda di depannya, bergetar. Rasa takut dan putus asah menguasai dirinya.

"Aini," terngiang suara ibunya "Walau kita perempuan jangan lemah. Tetaplah lembut tapi tegar. Jangan gampang menyerah, apalagi putus asah. Tetap berjuang untuk hidup," Pencerahan dari ibu kandung yang sederhana tapi selalu memberinya semangat tinggi itu, membuat rasa takutnya hilang.

"Oh tidak!" Aini menarik tangannya dari genggam erat pemuda yang tak dikenalnya itu. Mundur beberapa langkah. 

Ia tahu dirinya sudah terjebak, sulit melepaskan diri dari sosok yang melangkah maju mengikutinya. Semakin dirinya mundur, pemuda itu maju ke depan, hingga jarak diantara mereka begitu dekat.

Berhadapan dalam jarak hanya satu langkah saja. Aini tak bisa lagi mundur ke belakang, karena punggungnya sudah menekan dahan pohon yang tumbuh tepat di belakangnya.

Melirik ke kanan dan ke kiri, tak ada ruang yang leluasa untuk melepaskan diri dari sosok yang mengawasinya.

Ingin berteriak minta tolong jelas tak mungkin. Bisa bisa orang berkuda tadi kembali datang.  Kan bisa lebih gawat lagi.

 "Kau mau apakan aku...?!" Aini mengumpulkan semua keberaniannya

 "Jangan salah paham...!" Pemuda itu terkejut mendengar ucapan Aini yang penuh kemarahan . "Aku tak mau berbuat apa pun padamu..." lanjutnya, tapi tetap tak memberi peluang bagi Aini untuk kabur.

 Aini curiga pada Faisal, "Kamu sudah mencekal pergelangan tanganku, padahal kita ini tak saling kenal, terlebih aku wanita dan kamu laki laki!"

Faisal hanya diam.

Aini merasa keberaniannya memenuhi dadanya. "Kau telah lancang , pasti kau mata mata orang jahat" 

 Terdiam Aini, sakit hatinya membayangkan sosok tubuh ibunya bergelimang darah. Tapi belum tiga detik suaranya yang bernada marah berhenti, ia terkesiap melihat bajunya terbakar.

Lihat selengkapnya