Tubuhku bergetar. Hatiku terasa nanar. Air mataku menitih pelan menjalar. Membasahi pipi dan pandanganku semakin samar. Sampai akhirnya aku terjatuh tersungkur menatap tubuh yang membujur.
Kulihat tubuh Viana yang bersimbah darah. Tubuh yang tak lagi bergerak. Senyumnya yang manis tak lagi merekah. Terlumuri darah segar yang membuncah. Seketika jiwaku linglung kehilangan arah.
"Miko .... Hai, apa kau baik-baik saja? Kau menitihkan air mata?" suara Ami menyadarkanku dari lamunan.
"Aku ... aku baik-baik saja," jawabku sambil menyeka air mataku. Ini sungguh memalukan. Bagiamana mungkin aku seorang laki-laki menitihkan air mata di depan seorang gadis yang baru kukenal.
"Benarkah? Tapi tadi kau sepertinya melamun dan menangis ...."
"Sungguh aku tidak apa-apa. Aku hanya teringat seseorang. Dia juga menyukai bunga mawar, sama sepertimu," jawabku jujur.
"Oh, ya? Tapi kenapa kau tadi juga menangis? Apa terjadi sesuatu padanya?"
"Em ... itu tidak apa-apa. Aku hanya sudah lama tidak bertemu dengannya. Mungkin jadi terasa kangen saja ..." ujarku menutupi.
"Ooo .... Memangnya, di mana dia sekarang?"
"Dia ... dia sudah berada di surga sekarang," akhirnya aku berkata jujur. Mataku kembali berkaca-kaca. Gadis di depanku ini mungkin menganggapku laki-laki cengeng.
"Oh, maaf .... Aku tak bermaksud ..."
"Tak apa, aku mengerti," potongku cepat.
Sejenak hanya ada keheningan di antara kami. Tak ada kata yang terucap. Tetapi harum mawar seakan merangkai kalimat dan menjelaskan apa yang aku rasakan saat ini. Dia pun seakan mengerti betapa seseorang yang telah pergi dariku tersebut sangat berarti. Mawar-mawar itu seakan menjadi jembatan penghubung yang mengenalkannya pada Viana. Mereka jelas orang yang berbeda dan tak saling mengenal. Tapi entahlah ... aku seakan merasa bahwa Ami adalah Viana yang hidup kembali.
"Miko ... aku pergi dulu, ya. Senang berjumpa dan berkenalan denganmu." Ami terlihat gugup tapi tetap berusaha menyuguhkan senyum manis padaku.
"Oke. Sama-sama, aku juga senang bisa mengenalmu. Ngomong-ngomong, terima kasih untuk bunga mawarnya," ucapku.