LILIAN AND HER FEAR

Mira Pasolong
Chapter #9

BAB VIII. KEHILANGAN KONTAK

Rabaso

Beberapa hari tidak bertemu Lilian serasa ada yang tidak lengkap dalam hatiku. Ada ruang yang tiba- tiba melompong. Lilian pergi tanpa pamit. Bahkan ia hanya menitip sepucuk surat untuk Anti. Sama sekali tak ada sepotong pun namaku yang disebutnya. Apakah cewek yang telah menghipnotisku itu memang hanya menganggap aku sebagai majikan? Ah, bahkan teman pun mungkin enggan ia sematkan pada hubungan kami. 

Malam itu, dengan membawa buncahan rindu karena seharian tidak bertemu, aku datang ke rumah Bibi Erna. Sepanjang jalan kusenandungkan lagu cinta penuh bahagia. Sesekali kakiku menendang kerikil yang ada di jalan. Santai dan riang. Sudah terbayang Lilian membukakan pintu untukku, lalu dengan tersipu mempersilakan masuk. Aku selalu suka melihat wajah malu- malunya. Hidung imut itu rasanya ingin kucubit gemas. 

"Lilian sudah pulang." Itu yang disampaikan Anti dengan mimik wajah yang sulit kutebak setibanya di sana. Bibi Erna menyusul ke ruang tamu sambil membawa secangkir teh hangat. 

"Tadi dia pamit. Katanya mau memulihkan kesehatan dulu, sekalian menjenguk ibunya," cerita Bibi Erna. Anti terdiam di tempat duduknya. Kecerewetannya menguap, menghilang bersama kepergian Lilian.

"Mungkin ia tidak tahan lagi sama saya." Suara Anti sendu. Kulihat bulir air keluar dari matanya. Sejak kecil kami berteman, baru kali ini aku melihatnya menangis.

"Memang kalian kenapa?" Aku sungguh tidak mengerti. Lilian selalu mengatakan mereka baik- baik saja. Anti selalu memperlakukannya dengan baik layaknya sahabat. Namun kenapa Anti seperti sangat menyesal dengan kepergian Lilian.

"Saya salah. Dia pasti sakit hati." Suara tangis Anti memecah kesunyian malam. Aku dan Bibi Erna berpandangan. Bingung harus melakukan apa. 

"Sudah, tenangkan pikiran dulu. Mungkin ini hanya perasaanmu saja." Bibi Erna mengelus- elus bahu kemanakan kesayangannya itu. Bibi Erna tidak memiliki anak, sehingga Anti sudah dianggap anak kandungnya sendiri. 

Aku pulang dari rumah Bibi Erna dengan perasaan yang sulit kujelaskan. Sedih. Kecewa. Atau marah? Apa hakku atas Lilian? Aku menyesali kebodohanku. Selama ini tak berani menyatakan perasaan padanya karena aku sendiri masih ragu dengan apa yang kurasakan. Kepergian Lilian memperjelas semuanya. Membuatku yakin sepenuhnya bahwa apa yang kurasakan selama ini adalah cinta. 

Lihat selengkapnya