Gadis Pesantren

Fitria Sawardi
Chapter #11

Hubungan Yang Renggang

Dunia tidak adil bagi Billy. Seharusnya dunia membagi cinta dengan rata agar tidak ada satu pun yang merasakan sakit hati di dunia ini. Seharusnya ia mendapatkan porsi cinta yang sama dengan Sofia. Hingga bisa bersatu dan saling mengasihi. Tidak ada cinta dari orang lain untuk Sofia selain dirinya. Begitu juga sebaliknya. Tidak ada cinta yang lain untuk Billy selain dari Sofia. Jika dunia menggunakan rumus demikian, maka keduanya tidak akan tersakiti.

Walaupun Sofia tidak pernah menyatakan cintanya secara langsung pada Billy. Namun, ia yakin sekali. Sofia memiliki perasaan yang sama padanya. Dari sorot matanya, Billy dapat menangkap ada rasa cinta yang mendalam untuknya. Andai tak terhalang orang tua, Billy akan meminta Sofia untuk mengakui itu di waktu yang tepat. Sofia berhak untuk mengungkapkan perasaannya. Sama seperti dirinya yang sudah lebih dahulu mengambil haknya, mengungkapkan perasaannya waktu itu. Tapi sekali lagi, sebelum keduanya sempat bahagia karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, sosok orang tua itu tidak bisa dilawan. Dengan berat hati, ia menyerah sebelum banyak pihak yang terluka. Sebisa mungkin, Billy menjauhi gadis yang disukainya. Ia berusaha untuk menghindari; dengan tidak berkomunikasi, tidak bertemu, tidak menitip salam dan tidak menitip surat melalui Fariha. Hingga, hubungan keduanya menjadi renggang. Tindakan yang dilakukan Billy bagaikan benda tajam yang telah menyayat-nyayat kulitnya sendiri, membiarkan tubuhnya mengucurkan darah dari lapisan kulitnya dengan rasa perih yang minta ampun. Menurutnya, barangkali luka itu barangkali akan kering dengan sendirinya atau harus diobati dengan obat-obat kebahagiaan lainnya.

Dengan memutuskan untuk merenggangkan hubungan itu sama saja dengan menyumpal tubuhnya dengan racun-racun rindu yang mematikan. Seiring berjalannya waktu, akan menghasut perasaaan cinta yang mulai tumbuh menjadi sebuah benci. Tidak ada pilihan lain. Dan tiba waktunya, suasana berbicara bahwa Billy tidak bisa berbuat apa-apa atas hubungannya yang semakin menjauh. Ia harus pasrah tapi tidak menyerah dalam keterpurukan. Ia harus membuat keadaaan berubah baik. Walau tidak dengan cinta, namun bisa dengan suatu hal lain. Sesuatu yang dapat melupakan perasaan cintanya, walau pelan-pelan.

Selama latihan musik untuk persiapan tampil dalam acara pembukaan class meeting, Fariha tidak pernah lagi mengajak Sofia untuk menemani latihan di ruang musik. Dibiarkannya Sofia menghabiskan waktu istirahat sendirian; mengunjungi perpustakaan sendiri, menuju ke kantin sendiri, dan melakukan aktivitas lain sendiri. Selain diminta Billy untuk tidak mengajak Sofia, juga merupakan pelampiasaan kekecewaan Fariha pada temannya dekatnya itu. Yang telah membuatnya bingung dengan tindakan konyol kabur dari pesantren. Fariha merasa bahwa Sofia tidak menganggapnya sebagai teman akrab, yang tidak pentingnya sehingga merahasiakan perihal kaburnya dari pesantren menjadi keputusan yang tepat.

Tanpa diajak Fariha, tentunya Sofia akan merasa sungkan untuk menuju ruang musik. Tidak ada alasan baginya untuk sampai kesana karena tidak punya kepentingan. Soal merekam vidio, anggota band bisa menyuruh teman yang lain di luar sana, tanpa perlu meminta dirinya. Atau anggota band punya inisiatif untuk merekam latihannya secara otomatis. Dengan menyesuaikan posisi kamera agar suara dan gerakan dari latihan itu bisa terliput dengan baik, mereka bisa saja meletakkan kamera di atas meja yang sejajar dengan objek yang akan direkam, mengarah pada mereka yang sedang latihan. Sampai saat ini, Sofia juga tidak pernah menawarkan diri untuk menemani Fariha di ruang musik. Ini bukan karena ia kabur dari pesantren, tapi karena sebelumnya memang gengsi untuk menawarkan diri. Dan selalu berharap, bahwa kedatangannya ke ruang musik atas permintaan Fariha. Gengsi itu cukup membiarkan keinginannya terkubur. Dan setelah kejadian ini, harapannya tidak pernah terkabulkan.

Suasana ruang musik tampak berbeda. Dilihat dari aura wajhnya, Billy sama sekali tak memiliki semangat untuk melaksanakan latihan musik. Meskipun suaranya masih tetap terdengar bagus, namun teman yang lain mengenali dari ekspresi wajah Billy yang tampak lemas. Nada yang dikeluarkan dari ruang mulutnya tidak maksimal. Teman yang mengetahui itu tidak menegurnya. Hanya memberi semangat agar latihan berjalan dengan lancar dan maksimal. Hanya Fariha yang mengetahui penyebab hilangnya semangat Billy untuk latihan kali ini, karena Billy tidak pernah mau cerita serius tentang asmara pada teman-temannya. Dalam perjanjian sebelumnya, setiap anggota band tidak disarankan untuk terlalu sibuk dalam urusan asmara. Komitmen dalam dunia musik begitu kuat sehingga soal asmara bukan menjadi prioritas. Mungkin komitmen itu menjadi salah satu penyebab Billy tidak menceritakan banyak hal tentang Sofia.

Usai latihan, sebenarnya Billy ingin duduk bersama Fariha untuk menanyakan perihal kaburnya Sofia dari pesantren. Namun Billy mengurungkan diri, khawatir malah memperumit misinya untuk menjauhi Sofia. Fariha pun tidak menceritakan apapun pada Billy tanpa diminta, karena khawatir akan menyakiti perasaan temannya. Khawatir salah ucap yang justru akan menambah masalah baru. Karena kondisi saat ini sangat sensitif, jadi harus lebih hati-hati dalam berucap juga bersikap.

Dua hari kemudian.

Panggung dengan gagahnya digelar dalam rangka pembukaan class meeting. Acara diawali dengan penampilan banjari. Anggota tim banjari mulai menabuhkan gendang pipih yang berbentuk bundar terbuat dari kayu. Bunyi yang dipantulkan dari hasil tabuhan itu sungguh menenangkan hati, ditambah lantunan suara yang dibawa vokalis itu, mewarnai alunan lagu yang memesona Lirik demi lirik dilewati dengan suara memukau. Setelah penampilan yang menenangkan itu, dilanjutkan dengan penampilan band yang dibawa oleh Billy dan kawan-kawan. Suara teriakan histeris bermunculan dari mulut-mulut penonton saat mereka mulai menaiki panggung. Semua gerak-gerik dan gaya anggota band menjadi idola para siswa. Saat anggota band mulai mencoba alat musiknya masing-masing, para penonton diketuai oleh Naufal_yang suaranya sangat keras, menyanyikan yel-yel yang mudah diikuti oleh penonton yang lain. Menambah keseruan dan semangat band di panggung.

"Saat cita sudah digenggam ..." lirik lagu yang keluar dari bibir Billy sangat halus, menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya. Semua penonton yang dari tadi berteriak dan ramai dengan yel-yelnya, lantas diam karena hatinya bergetar mendengar suara Billy. Semua mata memandang pada vokalis yang mempunyai suara emas itu. Termasuk Sofia. Ia kali ini berada di barisan paling belakang namun sangat menyimak dan menikmati suara lelaki yang disukainya. Hatinya gembira, sekaligus bangga pada lelakinya. Air matanya mengalir, membasahi pipinya yang halus tanpa make up. Siswa lain di sampingnya tidak menyadari ada buliran air mata di pipi Sofia, karena mata mereka terlalu sibuk melihat pemuda tampan yang ada di atas panggung.

Lihat selengkapnya