Fatih, Sofia dan keluarganya sudah sampai di Pati. Acara resepsi digelar dengan mewah, walapun tidak semewah acara di hotel-hotel berbintang. Uniknya, acara resepsi ini memercayakan santri sebagai panitianya. Panitia dibagi menjadi beberapa seksi; seksi konsumsi makanan dan kue para tamu, juga souvenir untuk para undangan, seksi acara yang merancang rangkaian acara mulai dari awal sampai akhir, seksi publikasi dan dokumentasi yang mengurusi undangan, mengambil foto, membantu ahli dekorasi dalam menata panggung. Dan yang terakhir ada seksi perlengkapan, tugasnya adalah membantu semua panitia yang membutuhkan bantuan tenaga, termasuk teknis saat acara berlangsung.
Dekorasi panggung, tatanan kursi undangan seperti suasana di Arab Saudi. Di depan panggung ada maskot miniatur unta yang punuknya terlihat dengan gagah. Jenis makanan dan minuman juga didominasi dengan khas Arab Saudi. Panitia sudah menyepakati bahwa tema yang diangakat adalah tema Arab Saudi. Kostum pelayan yang bertugas menyambut tamu dan mengantarkan makanan bagaikan kostum pramugari ala Arab, berkerudung namun terlihat sangat rapi dan necis.
Para santri yang terlibat dalam kepanitiaan, merasa bangga karena telah diberi kepercayaan oleh keluarga pesantren. Mereka bekerja sepenuh hati tanpa meminta balasan apapun. Walaupun nantinya keluarga pesantren akan memberikan ‘sesuatu’ atas kinerjanya.
Pencetus ide kreatif dengan tema Arab Saudi adalah Fariha. Ia masih tinggal di pesantren, melanjutkan kuliah sambil melanjutkan ilmu agamanya di pesantren. Fariha yang mendengar perjodohan Sofia dengan Gus Fatih membuatnya surprise, sekaligus merasa senang karena sahabatnya bisa menemukan imam yang baik. Bahkan, Fariha lebih setuju kalau Gus Fatih yang menjadi pendamping Sofia, bukan Billy. Bagaimana jadinya jika Sofia menikah dengan dengan Billy, pasti tidak bisa menyesuaikan dengan keluarga Sofia yang memiliki keyakinan agama yang kental. Fariha tahu betul, kalau Billy sangat minim dalam ilmu agama walaupun ia punya prestasi di bidang musik. Prestasi itu tidak akan mampu menutupi keawaman Billy dalam pengetahuan agama.
Fariha mendengar kabar perjodohan Fatih dengan Sofia jauh-jauh hari. Sebelum keluarga pesantren memberikan pengumuman secara resmi. Fariha mengetahuinya dari teman kamar. Kesibukannya dalam kuliah, membuatnya jauh tertinggal mendapatkan informasi dari teman yang lain. Sedangkan para santri tengah ramai membicarakan sosok Gus Fatih sebenarnya. Beberapa santri memang sengaja untuk menggali informasi tentang Gus Fatih. Pelayan pesantren dirayu Anisah_salah satu santri yang antusias menggali informasi_untuk memberikan informasi, karena santri yang ada di pesantren tidak begitu tahu banyak tentang Gus Fatih.
Diberikannya informasi pada Anisah. Fatih adalah salah satu putra kiai di pesantren ini. Lelaki yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Leiden Belanda dengan mengambil jurusan Islamic Studies. Selain cerdas, ia juga memiliki wajah tampan dan memahami secara mendalam ilmu agama. Ia lelaki yang saleh dan penyabar. Banyak orang yang berbangga karena kesempurnaan yang dimiliki Gus Fatih. Bukan tidak mungkin, banyak dari kalangan pesantren yang menginginkannya untuk dijadikan menantu. Namun keluarga Fatih telah melakukan kesepakatan pada keluarga Sofia, akan perjodohan anaknya. Setelah mendapatkan informasi, Anisah dengan bangganya memberikan informasi pada santri yang lain, sehingga informasi tentang Gus Fatih menyebar begitu cepatnya, bagaikan angin yang menghembus bebas.
Menjelang resepsi pernikahan, bu nyai meminta Fariha untuk menemani Sofia di kamar. Di sana sudah ada perias dan alat-alat periasnya. Juga terpampang kostum pengantin ala Arab yang menempel di hanger yang menggantung di paku dinding. Perias akan menyulap Sofia menjadi ratu yang paling cantik. Bu nyai berpesan pada perias, bahwa Fariha berhak memberikan masukan atas riasan dan kostum agar sesuai dengan tema yang diusung, yaitu Arab Saudi.
Saat perias tengah memoles wajah Sofia dengan make up, di situ Sofia dan Fariha memulai perbincangan. Perbincangan yang lama dirindukan karena keduanya sudah lama tidak saling bertemu. Pun berkomunikasi.
“Sofia, sadar gak kalau persahabatan kita mulai renggang?” Fariha membuka pembicaraan dengan pertanyaan yang sedikit menohok.
“Iya, mungkin karena aku terlalu sibuk dengan hobi desain-jahit baju.” Sofia meyakini bahwa komunikasi dengan sahabatnya mulai renggang karena kesibukannya.
“Itu salah satunya.” Fariha membuat Sofia mengernyitkan dahi.
“Ada yang lain?” Sofia merasa ganjil dengan respon Fariha, seperti ada lagi penyebab renggangnya persahabatan keduanya.
“Yang lain, karena aku berusaha menghindar darimu.” Fariha menjelaskan, cukup membuat Sofia menghilangkan rasa penasaran.
“Oh iya? Kenapa?” Sofia belum sadar juga kalau Fariha selama ini berusaha menghindar.
“Aku cukup egois. Memikirkan diri sendiri. Sengaja menghindar darimu demi kelancaran kuliahku. Aku takut jika kita saling akrab, aku tidak langsung kuliah karena kasihan melihatmu yang belum kuliah." Wajah Fariha menggambarkan gores kesalahan. Penyesalan memang datang di akhir.
Fariha justru lebih merasa bersalah karena tidak bisa menjelaskan alasan lain soal sikapnya yang menghindar dari Sofia. Sebenarnya perkara kuliahnya bukan menjadi alasan utama ia menghindar. Namun samapai saat ini, ia masih belum bisa mengatakan hal sebenarnya. Hal utama yang membuat Fariha menghindar adalah karena Billy meminta Fariha untuk menghindari Sofia sementara waktu, khawatir jika tidak menghindar, Fariha akan keceplosan menceritakan pada Sofia bahwa orang tua Sofia pernah meminta keluarga Billy agar menjauhi Sofia. Juga, khawatir keceplosan kalau Billy sebenarnya masih menyukai Sofia. Jika itu tidak dihindari, dikhawatirkan akan mengagalkan misi orang tua Sofia untuk menjauhkannya dengan Billy. Itu sudah menjadi tanggung jawab Fariha untuk menjaga rahasia, sebagaimana yang telah diamanahkan orang tua Sofia saat Fariha diajak makan bersama.
“Kamu beruntung menikah dengan Gus Fatih!” Fariha berkata dengan bangga dan penuh keyakinan.
“Kenapa kamu bilang seperti itu?” Sofia penasaran, ingin mengetahui alasan Fariha berkata demikian.
“Beliau lelaki hebat, tampan, cerdas, lulusan universitas Belanda.” Fariha mengungkapkan dengan renyah, membangga-banggakan agar hati Sofia semakin mantap dengan suaminya.