Fatih mulai memikirkan bisnis. Dengan mempelajari beberapa peluang yang ada, ia memilih bisnis sewa mobil. Ia bekerja sama dengan perusahaan rental mobil di Yogyakarta. Ia punya tabungan yang memang sengaja dialokasikan untuk bisnis. Ia rajin menabung sejak berada di Belanda. Fatih menggunakan uang beasiswanya dengan sebaik mungkin. Untuk makan sehari-hari, ia memilih untuk memasak sehingga pengeluaran tidak membengkak. Dengan demikian ia bisa menyisihkan sisa dari jatah uang makannya setiap hari. Semakin hari tabungannya semakin banyak. Selain itu ia juga pernah mendapatkan hadiah berupa uang dari hasil kompetisi badminton di Amsterdam. Kotak tabungannya sudah sesak dengan uang Euro beberapa bulan sebelum pulang ke Indoensia. Dengan rapi ia menyimpan tabungan itu. Ia tidak akan mengeluarkan satu lembar pun untuk keperluan yang bersifat konsumtif. Tabungan itu ia rencanakan sebagai modal usaha. Setelah mantap dengan bisnis rental mobil, ia menukar mata uang Euro itu dengan mata uang rupiah. Kemudian ia alokasikan untuk membeli mobil yang kemudian ditaruh di suatu perusahaan rental mobil terbesar di Yogyakarta.
Dari kerjasama itu, Fatih nekat untuk menitipkan dua unit mobil ke perusahaan untuk direntalkan. Uang tabungannya sebenarnya tidak cukup untuk membeli dua mobil baru. Akhirnya, untuk menambahi kekurangan itu, ia meminjam pada salah satu teman kuliah di Belanda yang juga berasal dari Indonesia. Teman yang bernama Rafif itu, sudah mempunyai pekerjaan tetap sejak masih kuliah di Belanda. Setelah lulus kuliah, ia pulang ke Indonesia dan masih bekerja di perusahaan yang sama, yang merupakan cabang dari Belanda. Ia menetap di Bali karena cabang perusahaannya terletak di Bali. Rafif bekerja di Indonesia namun gajinya bukan rupiah, melainkan euro.
Pemilik perusahaan rental mobil bercerita; perusahaan ini selain bergerak di bidang rental mobil, juga membuka jasa travel. Perusahaan mempunyai mobil yang cukup banyak. Untuk menjaga kualitas dan mengedepankan kepuasan pelanggan, perusahaan melakukan servis secara berkala. Mobil harus terlihat bagus dan nyaman ketika dipakai. Juga harus memastikan bahwa semua mobil yang beroperasi adalah mobil keluaran baru. Setidaknya tiga tahun sekali perusahaan mengganti mobil baru dengan menjual mobil yang lama. Mobil pun dibagi menjadi dua sistem operasi. Ada yang khusus direntalkan dan ada juga yang dibuat sistem travel. Kedua sistem itu beropasi dengan beda cara. Kalau sistem rental, orang akan menyewa mobil minimal 12 sampai 24 jam. Dan tidak ada batasan waktu maksimal penyewaan. Perusahaan tidak menyediakan sopir sehingga penyewa bisa menyetir sendiri atau meminta orang lain untuk menyetir. Juga bertanggung jawab untuk mengisi bensin sendiri. Dan sebelum mobil berada di tangan penyewa, perusahaan meminta penyewa untuk meninggalkan identitas berupa KTP atau sejenisnya demi menghindari penyalahgunaan mobil. Pembayaran sewa mobil bisa dilakukan di awal ataupun di akhir pemakaian. Penyewa akan membayar sesuai dengan durasi pemakaian. Kalau untuk liburan, pelanggan lebih suka menyewa mobil karena lebih bebas dan fleksibel. Mobilnya bisa dibawa kemana saja, dan mobilnya diisi penuh penumpang, bayarnya tetap sama, karena yang menentukan harga adalah durasi penyewaan.
Sedangkan untuk sistem travel, perusahaan menyediakan mobil lengkap dengan sopirnya. Ynag bertanggung jawab mengisi bensin adalah perusahaan. Sopir akan mengantarkan penumpang sesuai dengan tujuan masing-masing, kemudian penumpang membayar ongkos sesuai tarif. Dan tarif ditentukan oleh jauhnya jarak yang ditempuh. Fatih mengangguk-anggukan kepala mendengar penjelasan dari pemilik perusahaan sebagai tanda mengerti. Ia sebenarnya cukup punya gambaran untuk kedua sistem itu. Hanya saja, tetap mendengarkan dengan seksama penjelasan pemilik perusahaan sebagai bentuk menghargai.
Fatih kemudian bertanya tentang sistem bagi hasil antara pemilik modal dengan perusahaan untuk sistem rental. Pihak perusahaan menjelaskan, sistemnya adalah bagi hasil yang akan cair pada setiap bulannya. Bagi hasil itu dirinci; 25 persen masuk perusahaan yang akan menjalankan rental dan 75 persen adalah untuk pemilik modal, yaitu Fatih sendiri. Dari situ, Fatih sambil belajar dengan melakukan pengamatan, sehingga ketika sudah menguasai dunia rental, ia akan membuka perusahaan sendiri. Untuk sementara, ia menumpang pada perusahaan. Sebagai sebuah awalan dari bisninya.
Setelah memberikan pejelasan secara rinci, pihak perusahaan menawarkan sesuatu pada Fatih. Selain merentalkan mobilnya, ia bisa menjadi sopir travel di perusahaan ini. Agar bisa menambah pemasukan. Sebenarnya itu adalah tawaran yang bagus. Ia bisa membayar hutang untuk pelunasan satu unit mobilnya dengan segera. Namun ia berpikir ulang. Bahwa menjadi sopir cukup memakan waktu di luar. Akhirnya ia mengatakan belum tertarik dengan tawaran itu, karena masih ingin fokus pada tulisannya. Tahun ini ia punya target, jurnalnya bisa tembus (terindeks scopus) sehingga punya publikasi untuk ditawarkan di kampus tujuannya. Ia punya target untuk kuliah lagi. Melanjutkan studi magisternya di luar negeri. Sebisa mungkin kembali ke Eropa, karena ia masih kecanduan dengan Belanda. Sembari menyelesaikan proyek jurnalnya, ia mencari-cari kampus tujuan yang sesuai dengan rencana kajiannya. Tentang Islam rahmatal lil alamin. Juga mencari LoA yang merupakan salah satu tiket masuk ke universitas di Belanda. Kalau tidak bisa kuliah S2 tahun ini, setidaknya bisa ikut short course ke Belanda yang pendaftarannya dibuka mulai bulan depan.
Bersandarkan pada hasil rental mobil cukup untuk menghidupi keluarga Fatih. Apalagi Sofia tidak terlalu boros. Berpenampilan sederhana. Tidak menyukai barang-barang branded. Tidak membutuhkan make up mahal. Juga tidak terlalu boros dalam berpakaian sehingga ia hampir tidak pernah minta shoping. Sewaktu-waktu, Sofia mengajak ke toko buku untuk menambah buku bacaannya. Ia suka bacaan novel-novel romance. Namun, itu tidak sampai menjadikan keuangan keluarga membengkak. Bersyukur juga, Sofia tidak pernah mengeluh atas makanan yang dihidangkan Fatih. Itu menunjukkan bahwa Sofia tidak terlalu pilih-pilih makanan. Mungkin sejak kecil, keluarga pesantren mendidiknya untuk hidup sederhana.
Setiap bulannya, Fatih masih bisa menabung dari pemasukan rental mobil. Mengingat tidak begitu banyak pengeluaran tiap bulannya; tidak perlu membayar sewa rumah karena orang tuanya sudah menghadiahkan rumah, tagihan listrik juga tidak terlalu tinggi, karena Fatih tidak membeli mesin cuci, ia mencuci pakaian kotor dengan tangannya sendiri. Sangat terlihat kesederhanaan dalam rumah tangga mereka. Itu sudah menjadi hal biasa saat Fatih kuliah di Belanda. Pengalaman di Belanda cukup membuat Fatih mandiri. Masak sendiri, mencuci baju sendiri, dan menyiapkan segala hal sendiri. Andaikan Fatih tidak pernah kuliah di Belanda, tentu ia tidak semandiri sekarang. Karena sejak kecil pelayan pesantren selalu menyiapkan segala kebutuhan Fatih. Mulai dari makan, cuci baju, membersihkan kamar tidur, menyiapkan alat-alat sekolah dan masih banyak yang lainnya. Kesederhanaan dan kemandirian Fatih lagi-lagi berdampak baik pada keuangan. Setiap bulan ia berhasil menyisakan uang, walau tidak sebanyak waktu di Belanda. Sisa uang bulanan itu dipercayakan pada istrinya untuk ditabung. Uang tabungan itu bisa dipakai untuk biaya kuliah Sofia, juga untuk kebutuhan dadakan lainnya.
***
“Sayang, ayo kita olahraga!” Fatih mengajak Sofia untuk mengawali pagi hari dengan menghirup udara segar, sementara Sofia masih asyik dengan buku bacaannya.
“Malas ah!” Sofia menolak ajakan Fatih, dan seperti tidak mau diganggu.
“Ayo!” Fatih menutup buku yang dibaca Sofia, kemudian menarik tangan kanannya dengan lembut, agar tidak sampai menyakiti tubuh istrinya. Mereka akhirnya menuju keluar.