Gadis Pesantren

Fitria Sawardi
Chapter #24

Tertidur

Sofia masih mengakui bahwa dirinya masih belum cakap berbicara di depan umum. Ia butuh banyak latihan agar mampu mengolah kata dengan baik sehingga presentasinya layak didengar. Ini adalah presentasi pertama kalinya di depan umum. Rasa takut seringkali menghantui pikirannya. Takut jika presentasinya tidak maksimal. Ia akan berusaha sebisa mungkin agar rasa takut itu hilang saat presentasi tiba. Walaupun audiennya adalah teman kuliahnya sendiri, namun ia ingin tampil maksimal. Tidak ingin terlihat canggung di depan temannya.

Sebagaimana yang telah disarankan Fatih, Sofia membaca banyak referensi yang berkaitan dengan topik yang akan dipresentasikan. Bekal bacaan berguna untuk menambah wawasan yang menjadikan presentasinya bermutu. Bukan hanya omong kosong. Harus ada beberapa sumber yang disertakan agar menguatkan pendapatnya saat presentasi.

Untuk sementara, sofia meninggalkan bacaannya yang berbau novel. Menyimpannya dengan rapi di rak buku. Ada sekitar tujuh novel terbaru yang belum terbaca dan ada lima novel yang masih terbungkus dengan plastiknya. Semuanya berjejer rapi di rak. Menemani novel-novel yang sudah terbaca. Untuk sementara Sofia fokus membaca buku ilmiah untuk menunjang presentasi makalahnya.

Sofia terus membaca. Sesekali latihan presentasi secara mandiri. Sementara Fatih juga disibukkan dengan aktivitasnya yaitu melanjutkan proyek tulisannya agar masuk di jurnal scopus. Melanjutkan jurnal yang masih mentah setelah menyelesaikan pekerjaan rumah mulai dari; memasak, mencuci, menyapu dan yang lainnya.

Malam sudah semakin gelap. Sofia masih anteng dengan bacaan ilmiahnya. Bagi Sofia, membaca novel lebih mudah daripada membaca buku ilmiah. Ia harus berpikir keras dan menalar agar hasil bacaannya itu dapat dipahami dengan sempurna. Ia lebih senang membaca novel, namun ia harus membaca buku ilmiah agar presentasinya memuaskan. Ia ingin terlihat menguasai materi dan menyampaikan dengan percaya diri.

Sofia yang sedari tadi duduk untuk membaca, kemudian merubah posisinya dengan menyandarkan badannya pada sandaran kursi bagian samping. Kakinya berselonjor memanjang, sepanjang sofa. Ia berusaha untuk melanjutkan bacaannya, walaupun matanya sudah tidak begitu kuat membaca. Beberapa menit kemudian akhirnya ia tertidur di sofa itu dengan tangan yang masih memegangi buku yang menempel di atas dadanya.

Fatih yang baru saja menutup laptopnya, menuju sofa untuk mengajak Sofia tidur. Namun ia justru menemukan istrinya tergeletak di atas sofa. Tidur begitu pulas. Fatih tersenyum melihat wajah polos Sofia saat tidur. Belum pernah ia melihat wajah istrinya saat tidur_karena memang Sofia tidak pernah mengizinkan suaminya tidur satu ranjang. Seperti inilah wajahnya, menyenangkan bagi Fatih yang melihatnya.

Diambillah buku yang masih ada di tangan Sofia dengan kondisi masih terbuka. Fatih kemudian membopong Sofia menuju kamar tidur. Fatih cukup kuat membawa Sofia dari Sofa ke kamar tidur. Yang dibopong tidak terjaga sedikit pun saking pulasnya. Fatih menurunkan Sofia ke kasur dengan sangat hati-hati, agar tidak sampai mengganggu tidurnya.

Pelan-pelan, Fatih membuka kerudung isterinya. Lalu menghamparkan selimut pada tubuhnya. Menyisakan kepalanya yang terbuka. Kali ini, Fatih tidak tidur di sofa ataupun di bawah. Melainkan menemani Sofia tidur di atas kasur. Sebelum menyusul Sofia tidur, Fatih terus memandangi wajah istrinya sambil tersenyum. Fatih mengelus-elus wajah istrinya dengan lembut, sembari melantunkan doa sebelum tidur.

Fatih akhirnya menyusul Sofia tidur. Tangannya melingkar pada pinggang istrinya. Ia sungguh merasakan ketenangan saat memeluk istrinya. Inikah yang dinamakan cinta? Merasa senang ketika dekat dengan sang kekasih. Dekat sekali.

Fatih berharap dan yakin bahwa istrinya akan mencintainya suatu saat nanti. Yang jelas Fatih tidak pernah berhenti berusaha untuk membuat istrinya jatuh cinta. Walaupun demikian, Fatih tidak pernah memaksa istrinya untuk jatuh cinta. Karena sejatinya, cinta itu bukan paksaan. Cinta itu lahir dengan cinta itu sendiri. Sekarang yang menjadi usaha Fatih adalah dengan memberikan perhatian yang lebih pada istrinya. Sabar dalam menghadapi masalah apapun. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah diamanahkan. Selebihnya ia yakinkan akan membuahkan hasil. Bahwa, apa yang ia lakukan tidak mungkin sia-sia.

***

“Tidaaaaaak.” Saat tiba di sepertiga malam, Sofia tersentak kaget melihat Fatih tidur di sampingnya. Fatih yang mendengar istrinya berteriak histeris, bangun seketika. Melenyapkan rasa kantuknya.

Lihat selengkapnya