Gadis Pesantren

Fitria Sawardi
Chapter #25

Membuat Baju Batik

Fatih tidak melarang istrinya untuk melanjutkan aktivitas desain dan jahit pakaian yang sudah menjadi hobinya. Justru ia mendukung apa yang menjadi hobi istrinya itu. Fatih memberi kesempatan pada Sofia mengeksplorasi hobinya. Baik musik maupun desain-jahit. Dukungan Fatih dalam mendesain dan menjahit pakaian, membuat Sofia tidak ikut les musik. Ia bisa saja menekuni dua hobi yang berbeda itu. Tapi setelah dipikir, menggeluti dua hobi sekaligus akan merusak fokus yang dimungkinkan tidak terampil kedua-duanya. Maka ia putuskan untuk melanjutkan hobi desain-jahit. Membiarkan hobi musiknya pudar ditelan waktu.

Fatih mengantarkan istrinya untuk membeli perlengkapan desain-jahit ke butik. Ia mendukung apapun yang menjadi keputusan istrinya selama itu tidak berdampak negatif. Selama keputusan itu masih dapat menunjang pengembangan diri dengan mengasah keterampilannya.

Di rumahnya, mereka memutuskan untuk memilih satu kamar yang dikhususkan untuk kamar desain dan jahit. Fatih membantu istrinya untuk menata kamar sehingga tampak lebih menarik.

“Kuharap kamu benar-benar serius mendalami dunia desain-jahit.” Fatih sama sekali tidak meragukan istrinya. Hanya ingin menambah kemantapan hati akan keputusan yang sudah diambil istrinya.

“Aku akan serius.” Sofia berkata mantap.

***

Sofia yang berasal dari Madura, ingin melestarikan budaya daerahnya dengan membuat pakaian dari kain batik khas Madura. Semua pakaian yang akan dijahit terdapat bahan batik walaupun beberapa diberi kain polos sebagai variasi. Sofia baru ingat kalau salah satu teman kuliahnya ada yang berasal dari Bangkalan. Sofia akan menggali informasi dari temannya itu saat di kampus. Kebetulan hari ini ia belajar satu kelas dengannya. Dengan dosen yang sama.

“Sarah, apa kamu tahu banyak tentang batik Madura?” Sofia pernah dengar kalau di Madura ada batik yang khas, namun tidak tahu persis seperti apa motifnya. Juga tidak pernah tahu tempat atau daerah yang banyak memproduksi batik tersebut. Barangkali, jika Sofia mengetahui tempatnya, akan mendapatkan harga yang lebih murah.

Sarah bercerita banyak. Di Bangkalan, ada satu kecamatan yang terkenal dengan batiknya, yaitu kecamatan Tanjung Bumi. Daerah tersebut sudah dipercaya masyarakat akan kualitas batiknya. Selain penduduknya menjadi nelayan_karena sangat dekat dengan lautan, juga memproduksi batik. Nelayan dan produsen batik rata-rata menjadi profesi mereka.

“Apakah kamu punya kenalan orang Tanjung Bumi?” Sofia ingin mendapatkan informasi lebih banyak tentang batik Tanjung Bumi.

“Punya, dong. Aku kan kelahiran sana.” Sarah bercerita kalau ia lahir di Tanjung Bumi. Kemudian pindah ke kota sejak SD karena bapaknya bekerja di kota. Saat akhir pekan, keluarganya pulang kampung untuk menghilangkan rasa rindu.

Tempat kelahiran Sarah dikelilingi oleh pengrajin batik Madura. Sangat mudah baginya untuk mengenalkan salah satu pengrajin batik terbaik yang berasal dari Tanjung Bumi. Bahkan tidak jauh-jauh. Ibu Sarah sendiri adalah produsen batik. Ia bekerja sama dengan orang-orang yang ada di Tanjung Bumi untuk menjadi rekan kerja. Ibu Sarah mempunyai toko batik yang terletak di sekitar pinggir jalan sebelum masuk Suramadu. Di sepanjang jalan sebelum masuk jembatan Suramadu, ada banyak baju batik Madura yang dijual oleh orang-orang Bangkalan. Di samping baju siap pakai, juga ada yang menjual kainnya saja. Barangkali pembeli ingin membuat baju sesuai dengan desain yang disukai.

Btw, kenapa kamu tanya-tanya batik Madura?” Sarah penasaran. Tidak ada angin. Pun hujan. Sofia tiba-tiba bertanya tentang batik.

“Aku ingin membuat baju dari batik Madura. Aku juga punya mimpi. Suatu saat punya toko baju batik sendiri.” Sofia mengungkapkan keinginannya dengan wajah yang serius.

“Kalau begitu, akan kukenalkan pada ibuku saja. Beliau lebih banyak tahu tentang batik.” Sarah memberikan nomer telepon ibunya agar Sofia bisa bertanya dengan leluasa. Sarah mengabarkan terlebih dahulu pada ibunya kalau ada temannya yang ingin bertanya banyak hal sebelum Sofia menghubungi ibu Sarah.

***

Suatu hari, ketua jurusan seni dan budaya membentuk panitia untuk mengadakan acara festival budaya. Dimana setiap mahasiswa jurusan seni dan budaya diwajibkan berpartisipasi dalam kegitan tersebut. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari sekitar 9 sampai 10 orang. Setiap kelompok mendapatkan tema budaya daerah tertentu. Sesuai dengan undian yang diambil oleh ketua kelompok masing-masing.

Kelompok Sofia mendapatkan bagian budaya Madura. Ide untuk membuat kostum batik Madura langsung muncul di kepala Sofia. Ia menawarkan pada temannya untuk menjahitkan baju yang akan dipersembahkan untuk teman kelompoknya. Tentu temannya tidak menolak tawaran itu. Sofia berjanji akan membuat baju dengan semaksimal mungkin. Dengan tangannya sendiri.

Setiap kelompok diberi stand untuk memamerkan sesuatu yang khas dari daerah-daerah masing-masing. Daerah yang sudah ditentukan oleh panitia. Ada banyak yang dipamerkan diantaranya; makanan, minuman, miniatur dan segala hal yang bisa ditunjukkan.

Lihat selengkapnya