Gadis Pesantren

Fitria Sawardi
Chapter #29

Game Kehidupan

Tiba waktunya, permainan inti dalam kehidupan Sofia mengambil peran. Game kehidupan dimulai.

“Aku punya sebuah permainan.” Fatih duduk di samping Sofia yang tengah asyik membaca.

“Tidak tertarik.” Sofia kembali pada buku bacaannya.

“Yakin? Seru lo!”Fatih meraih buku dari tangan istrinya.

Sofia terpaksa menghadap ke lawan bicara. Memberikan ekspresi datar. Tanpa bicara sepatah kata pun.

Di tengah kecuekan Sofia, Fatih menjelaskan. Sebuah botol diputar oleh pemain. Setiap botol yang berhenti di arah tertentu, akan menjadi penentu tentang apa yang harus dilakukan oleh pemain dalam kehidupan nyata. Dari setiap sudut botol itu terdapat dua macam pilihan menang-kalah. Setiap pemain mendapatkan giliran tujuh kali main. Sofia dan Fatih membuat perjanjian. Yang kalah dari permainan ini akan mendapatkan hukuman. Siapa yang kalah, maka harus mengelap foto pernikahan mereka berhiaskan pigura selama 30 hari. Penjelasan Fatih yang cukup menggebu-gebu tak serta merta menggerakkan Sofia untuk bergabung. Tapi setelah beberapa jenis rayuan berlayar di telinga, akhirnya Sofia menyetujui ajakan Fatih. Meski setengah malas.

Permainan pun dimulai. Putaran demi putaran berlangsung adil. Sofia secara tidak sadar menyukai permainan ini. Ada sesuatu yang menantang dalam setiap sesi. Sofia maupun Fatih begitu menikmati permainan ini. Suasana dilumuri tawa. Dan di penghujung giliran terakhir, Sofia kalah telak dari Fatih. Botolnya mengarah pada sudut “kalah” sebanyak lima kali. Artinya, ia hanya berhasil menang dua kali. Kekalahan itu disambut Fatih dengan tawa. Dan Fatih mengingatkan tentang hukuman yang telah menjadi perjanjian. Dengan wajah lemas, Sofia mau tidak mau harus menepati kesepakatan awal dalam permainan itu. Mengelap foto pernikahannya selama 30 hari berturut-turut.

Hari demi hari ia lewati demi sebuah komitmen. Foto dibalik kaca itu menarik perhatian Sofia untuk dipandang. Di saat-saat ia mencuri pandang isi pigura, di saat itulah aura positif mengalir dari hari ke hari. Perasaannya seperti dibangkitkan oleh tenaga yang entah ia tidak tahu namanya. Percikan pun berubah menjadi kekuatan setrum yang mampu mengingatkan pada memori perhatian yang ditayangkan Fatih dalam kehidupannya. Angin sempat membisiki telinga Sofia bahwa setruman itu adalah “cinta”, namun Sofia masih belum benar-benar memahaminya.

***

Sebagai alumni di suatu kampus Leiden, Fatih diminta untuk mengisi pameran kampus bersama dengan kampus-kampus Eropa lainnya. Pameran itu berlangsung di Jakarta selama satu minggu. Fatih adalah satu-satunya alumni kampus Leiden dari Indonesia yang diminta untuk mengisi pameran stand Leiden University di Jakarta. Kampus juga mengirimkan dua bule dari Belanda yang juga menjadi alumni di kampus yang sama. Mereka berdua membawa brosur, buah tangan khas Belanda dan lainnya yang akan diberikan pada pengunjung pameran.

Fatih sudah melakukan komunikasi dengan kedua teman dari Belanda sejak jauh-jauh hari. Pihak kampus bagian International Office memberikan alamat e-mail Fatih pada kedua bule itu sehingga memudahkan untuk saling berkomunikasi. Begitu juga sebaliknya, Fatih mendapatkan alamat e-mail bule itu dari IO.

Fatih meminta izin pada Sofia untuk ke Jakarta selama satu minggu. Sebelum meninggalkan istrinya, Fatih menawarkan untuk memanggil ummah Sofia atau ummi Fatih untuk menemani istrinya. Namun Sofia tidak mau. Alasannya, karena ia tidak ingin merepotkan keluarga. Fatih sebenarnya akan merasa agak berat jika Sofia harus tinggal sendirian di rumah. Namun, Sofia berhasil menghilangkan rasa khawatir suaminya dengan kalimat-kalimat yang meyakinkan. Sofia memastikan pada suaminya kalau ia akan baik-baik saja selama ditinggal suaminya.

Fatih merasa agak tenang setelah Sofia berhasil meyakinkan kalau istrinya akan baik-baik saja tanpa dirinya. Namun Fatih tetap siaga. Meminta salah satu teman istrinya untuk menemani di rumah. Fatih meminta pada Sarah, salah satu teman kuliah Sofia_ yang lumayan akrab, untuk menemani istrinya.

Fatih juga menyediakan stok makananan di kulkas; ada beberapa ikan yang sudah diberi bumbu hasil racikan Fatih, sehingga nantinya Sofia tidak perlu repot membuat bumbu dan bisa langsung menggoreng ikannya. Ada juga stok sayuran dan buah-buahan yang sekiranya cukup untuk satu minggu. Juga camilan yang bisa dinikmati di waktu santai.

***

Selama ditinggal Fatih, Sofia merasa kesepian walaupun di rumah sudah ada Sarah yang menemani. Sofia merindukan suara Fatih yang setiap harinya terdengar di telinganya; candaan, bisikan manja dan kata-kata yang menunjukkan perhatian dan kasih sayang. Sikap usil Fatih selama ini menjadi perkara yang paling dirindukan oleh Sofia. Ia benar-benar tidak tahu, mengapa semua suasana yang ia ciptakan dengan suaminya selama ini begitu dirindukan. Bahkan, sangat dirindukan. Ia menginginkan suasana itu sesegera mungkin. Hadir kembali di rumahnya.

Lihat selengkapnya